Nasi Leumeung Khas Pangandaran yang Pulen Harum Untuk Buka Puasa

Nasi Leumeung Khas Pangandaran yang Pulen Harum Untuk Buka Puasa

Faizal Amiruddin - detikFood
Minggu, 18 Apr 2021 12:30 WIB
Nasi Leumeung khas Pangandaran untuk Buka Puasa.
Foto: detikFood/Faizal Amiruddin
Jakarta -

Masyarakat Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran punya cara khas memasak nasi di bulan Ramadhan. Mereka menanak nasi dalam buluh bambu.

Masyarakat di daerah perbukitan Pangandaran itu menggunakan batang bambu atau buluh bambu untuk memasak nasi. Dikenal dengan istilah nasi lemang bambu. Namun di Pangandaran lebih dikenal dengan sebutan "sangu leumeung" atau "ngaleumeung" untuk menyebut prosesnya.

"Sebenarnya tak hanya di bulan Ramadhan, ngaleumeung bisa kapan saja dan hal yang biasa bagi kami masyarakat Langkaplancar," kata Enceng (40) warga Desa Pangkalan Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran, Jumat (16/4/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hanya saja kata Enceng, banyak warga atau anak muda yang sengaja ngabuburit sambil ngaleumeung. "Sore-sore berkumpul, ngabuburit sambil ngaleumeung, pas adzan magrib langsung buka puasa bersama," kata Enceng.

Nasi Leumeung khas Pangandaran untuk Buka Puasa.Nasi Leumeung khas Pangandaran untuk Buka Puasa. Foto: detikFood/Faizal Amiruddin

Rasa nasi leumeung mirip nasi liwet, karena nasi dibumbui dan diberi daun salam yang membuatnya wangi.

ADVERTISEMENT

"Mungkin karena sensasi rasa bumbu dan proses memasaknya yang unik, sehingga memberikan citarasa yang berbeda. Rasanya seperti nasi liwet tapi beda, susah sih menjelaskannya," kata Enceng.

Dia mengatakan nasi leumeung ini merupakan tradisi turun-temurun warga di Langkaplancar. "Cerita orangtua saya ngaleumeung ini awalnya karena orangtua dulu kalau berkebun jauh dari rumah. Lebih jauhnya lagi katanya ini sudah dilakukan ketika jaman perang," kata Enceng.

Nasi Leumeung khas Pangandaran untuk Buka Puasa.Nasi Leumeung khas Pangandaran untuk Buka Puasa. Foto: detikFood/Faizal Amiruddin

Saat berkebun di tengah hutan atau terjebak situasi perang, tentu peralatan memasak sangat terbatas. Sehingga kreativitas muncul, bagaimana caranya bisa menanak nasi. "Ribet kan kalau harus membawa panci, jadi cukup membawa beras saja," kata Enceng.

Cara membuat nasi leumeung ini cukup mencari seruas batang bambu kemudian dipotong menjadi lodong atau tabung bambu. Bagian dalam bambu dibersihkan. Setelah beras dicuci kemudian dibungkus dengan daun pisang, mirip membungkus lontong. Jangan lupa bungkusan diberi buntut, agar nanti mudah saat mengeluarkan dari dalam bambu. Sebelumnya beras bisa diberi bumbu, agar rasanya seperti nasi liwet.

"Setelah dibungkus lalu dimasukan ke dalam bambu. Lalu diberi air dan ditutup bagian atasnya dengan daun pisang lagi," kata Enceng. Setelah itu baru ruas bambu dipanggang dengan posisi berdiri agar tidak tumpah.

"Setelah dibakar nanti akan mendidih dan keluar rembesan air. Biarkan saja, nanti kalau sudah kering, tak keluar air, berarti sudah matang. Angkat, tunggu sampai agak dingin, biar nasinya lebih tanak," kata Enceng.

Lebih lanjut Enceng mengatakan walaupun sedikit ribet dalam memasaknya, namun nasi leumeung bisa menjadi daya tarik kuliner khas di Pangandaran.

"Sepertinya bagus kalau ada rumah makan menyediakan menu ini, bisa jadi menu kuliner khas. Apalagi Pangandaran daerah wisata," kata Enceng.




(yms/odi)

Hide Ads