Minum teh manis menjadi kegemaran mayoritas masyarakat Jawa. Ternyata kebiasaan itu sudah ada di Keraton Yogyakarta sejak ratusan tahun lalu.
Seperti diketahui gula batu pertama kali dibuat di Iran pada abad 9 Masehi. Bongkahan atau kristal gula dibuat dengan melarutkan gula dengan air hingga mencapai titik jenuh atau kristalisasi saat gula menjadi dingin.
Cara mudahnya kayu atau ranting dicelupkan ke dalam larutan gula dan air hingga terbentuk bongkahan gula. Karena mirip batu maka disebut 'rock sugar'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kebiasaan masyarakat Jawa menikmati teh panas dengan gula batu. Dikenal dengan sebutan nasgitel (panas legi kentel). Ternyata kebiasaan itu sudah ada di keraton Yogyakarta ratusan tahun silam.
Dalam pameran bojakarma atau jamuan kenegaraan Keraton yang dibuka kemarin (2/4) bertepatan dengan ulang tahun Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X ke-75, dipamerkan soal kebiasaan minum manis. Bukan hanya teh saja tetapi airpun dibubuhi gula.
"Mulai (minum teh) sejak Sri Sultan Hamengku Buwono II," kata Pemandu Pameran Bojakrama Keraton Yogyakarta Fajar Wijanarko Jumat (2/4).
Menyeduh teh panas manis biasa dilakukan Sultan HB II setiap pagi dan sore. Baru pada HB V, minum teh panas, kental menggunakan gula batu untuk pemanis.
![]() |
"Saat itu, minum air putih juga dikasih gula," katanya.
Untuk mendukung kebiasaan menikmati teh nasgitel (panas legi kental), Keraton mendorong swasta untuk membangun kebun dan pabrik teh. Tepatnya saat HB VII, Keraton memiliki saham di perusahaan teh di Bagelen, Purworejo.
"Perkebunannya juga sekitar sana," jelasnya.
Semasa HB VII ini, pabrik gula juga mulai banyak berdiri. Keraton saat itu memiliki lebih dari sembilan pabrik gula di daerah kekuasaannya. Gula itu selain digunakan untuk kebutuhan internal keraton juga dieksepor ke luar negeri.
"Sampai sekarang, gula untuk Keraton disuplai Madukismo yang sahamnya dimiliki Keraton," jelasnya.
Hingga kini kebiasaan minum teh tubruk hitam dengan tambahan gula batu atau gula pasir masih ada di masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta. Selain minuman, gula pun dibubuhkan sebagai bumbu masakan. Karenanya masakan Jawa punya aksen rasa manis yang kuat.
(yms/odi)