Wedang uwuh atau yang sering disebut sebagai minuman 'sampah' menjadi semakin hits selama pandemi. Meskipun sering disebut minuman sampah bukan berarti wedang uwuh terbuat dari sampah kotor lho.
Dalam bahasa Jawa, wedang memiliki arti minuman, sedangkan uwuh berarti 'sampah'. Adapun minuman ini disebut uwuh karena terlihat berantakan seperti sampah saat diseduh. Selain itu, wedang uwuh juga terbuat dari dedaunan dan rempah kering sehingga menambah kesan 'sampah' pada minuman ini.
Namun, bagi masyarakat Jawa dan Yogyakarta, wedang uwuh jadi minuman favorit yang dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan menangkal virus dan penyakit. Empon-empon ini pun berkhasiat menghangatkan tubuh seperti bandrek asal Jawa Barat karena sama-sama mengandung jahe.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bedanya, wedang uwuh memiliki ciri khas warna merah yang berasal dari kayu secang. Di samping itu, untuk membuat wedang sampah ini ternyata bisa dibilang lebih rumit dibandingkan membuat bandrek pada umumnya.
Rizky Purnamasari (27), penjual jamu milenial asal Bantul mengatakan dirinya harus telaten saat meracik wedang uwuh. Apalagi wedang uwuh memiliki bahan-bahan yang beragam dan cukup banyak.
"Jualan jamu pertama itu sejak masih SMA bawa yang dibikin mama. Tapi mulai meracik jamu pas mau kuliah. Ada wedang uwuh, sirup jamu, jamu instan, sama jamu bubuk. Wedang uwuh itu saya ngeracik sendiri karena butuh ketelatenan kalau buat wedang uwuh," ungkapnya kepada detikcom baru-baru ini.
Beda dari beberapa wedang uwuh lainnya, Rizky mengatakan semua bahan wedang uwuh miliknya dicuci terlebih dahulu. Dengan begitu, pelanggannya tak perlu khawatir saat mengonsumsi wedang uwuh.
"Semua bahan biasanya saya cuci dulu yang daun-daun itu dicuci bersih. Karena saya beli wedang uwuh itu kadang daunnya masih ada yang kotor, jadi masa mau kita jual kotor. Kan buat dikonsumsi juga nggak bagus," paparnya.
Untuk meracik wedang uwuh yang sehat dan segar, bahan-bahan yang perlu disiapkan antara lain gula batu, jahe, kayu secang, cengkeh, daun pala, daun cengkeh, dan daun kayu manis.
![]() |
"Untuk daun pala, daun cengkeh sama daun kayu manis itu 1-2 lembar. Trus gula batunya itu sekitar 26-30 gram. Untuk jahe itu sekitar 12 gram," katanya.
Sementara itu, Rizky mengatakan wedang uwuh miliknya juga menggunakan serutan kayu secang sekitar 5-6 lembar. Guna menambah rasa dan keharuman, ia pun menambahkan 5 butir cengkeh dan 1-2 gram batang cengkeh.
Ia mengatakan seluruh bahan-bahan tersebut sebagian didapatkan dari pemasok di Imogiri. Saat memilih bahan-bahan, Rizky juga mengingatkan agar memilih bahan yang berkualitas.
"Untuk bahan-bahan jamu itu saya ada yang pemasok dari daerah Imogiri dan juga saya membeli, nanti tergantung apa yang dibutuhkan. Tapi untuk empon-empon, bahan-bahan sudah ada pemasok dari Imogiri. Yang tidak ada baru dicari. Kita (harus) memilih bahan-bahan yang bagus dan berkualitas," katanya.
Usai semua bahan disiapkan, Rizky menjelaskan langkah pertama untuk membuat wedang uwuh adalah mencuci semua bahan rempah-rempah. Selanjutnya, semua bahan dijemur di bawah sinar matahari hingga kering.
"Pertama itu semua bahan dicuci nggak usah lama-lama yang penting semua kotorannya udah ilang. Terus kita jemur sampai kering, lalu kita racik dengan takaran yang sudah ditentukan," paparnya.
Terkait cara penyajian, ia menyebut satu racikan wedang uwuh dapat diseduh dengan 1 gelas besar atau sekitar 400 ml. Namun, Rizky mengatakan wedang uwuh tersebut bisa digunakan kembali untuk 1-2 seduh.
"Semua bahan dicuci, jahe digeprek atau dipotong lalu rebus semua bahan sampai tersisa 1 gelas. Wedang uwuh lebih nikmat jika ditambah susu," katanya.
"Biasanya kalau wedang uwuh itu standar ukuran satu gelas belimbing yang bening itu sekitar 400 ml. Tapi nanti bisa diseduh sekali lagi soalnya waktu itu saya sebelum menjual saya coba dulu," ungkapnya.
![]() |
Hingga saat ini, wedang uwuh buatan Rizky bisa dibilang laris manis khususnya selama pandemi. Bahkan, omzet penjualan wedang uwuhnya meningkat hingga 50 persen lebih.
"Ya meningkat sekitar 50 persen ke atas. Penjualannya itu ada yang pesan sampai dalam jumlah 1.000 pcs itu dikirim ke masih area Pulau Jawa," katanya.
Soal omzet, Rizky menyebut dirinya pernah mendapatkan penghasilan hingga Rp 1 juta per hari dari wedang uwuh. Padahal sebelum pandemi dirinya hanya menghasilkan Rp 300 ribu.
"Omzet penjualan wedang uwuh sebelum pandemi itu kadang per harinya Rp 300 ke atas karena kan wedang uwuh murah. Tapi pas pandemi pernah sampai Rp 3 juta per bulan, tapi pernah sampai Rp 1 juta lebih per hari," jelasnya.
Untuk mengembangkan bisnisnya, ia mengatakan mendapat bantuan modal dari Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI. Rizky pun merasa sangat terbantu dengan bantuan tersebut sehingga saat ini ia bisa memperluas usahanya dengan mendirikan toko online YasaNature.
"Alhamdulillah sangat terbantu karena adanya BRI karena bisa untuk pembuatan dan penjualan jamu. Pernah minjem di BRI untuk modal usaha itu sekitar Juni 2020. Untuk awal dulu pinjem itu Rp 10 juta, dipakai kebanyakan untuk modal. Paling Rp 1-2 juta itu untuk disimpan," katanya.
"Minjem di BRI itu karena untuk modal usaha yang saya jalani dan saya yakin usaha saya akan diberikan jalan. Dan selama ini alhamdulillah lancar dalam membayarnya," pungkasnya,
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
(prf/ega)