Pangkasan Bagian Atas Bungkus Botok Menunjukkan Isiannya

Pangkasan Bagian Atas Bungkus Botok Menunjukkan Isiannya

Erliana Riady - detikFood
Kamis, 01 Okt 2020 08:00 WIB
Pangkasan Bagian Atas Bungkus Botok Menunjukkan Isiannya
Foto: dok.detikFood/ Erliana Riady
Blitar -

Lauk tradisional yang tak lekang oleh zaman adalah botok. Varian jenis botok sangat banyak. Untuk menandai tiap isinya, dibuat pangkasan atas bungkus yang beda.

Ada yang ujung daun dipangkas miring, ada yang dipangkas segitiga meruncing ke atas, ada juga yang dipangkas datar. Rupanya, kebiasaan ini menjadi tradisi tersendiri yang terus dilakukan sampai sekarang.

"Yang peges (miring) itu isinya sembukan. Kalau yang segitiga ke bawah isinya luntas dan kemangi," jawab Suliyati, pedagang botok di Sananwetan, Kota Blitar kepada detikcom, Rabu (30/9/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pangkasan Bagian Atas Bungkus Botok Menunjukkan IsiannyaPangkasan Bagian Atas Bungkus Botok Menunjukkan Isiannya Foto: dok.detikFood/ Erliana Riady

Satu bungkus botok dijual Suliyati seharga Rp 1.000. Dijajakan dari pukul 05.30 WIB, botok sebanyak 50 bungkus sudah ludes sekitar pukul 08.00 WIB. Kemarin, wanita berusia 53 tahun itu membuat tiga jenis botok. Yakni sembukan, beluntas kemangi dan tahu tempe.

Botok memang sangat kaya varian isinya. Mulai tahu, tempe, kemangi, beluntas, sembukan dan lamtoro. Semakin kesini, menyesuaikan selera kekinian generasi milenial kemudian ada botok jamur, botok udang bahkan botok bakso.

ADVERTISEMENT

Namun yang tidak berubah adalah bungkusnya. Walaupun ada kertas enamel atau plastik tahan panas, pembuatan botok tetap dibungkus dengan daun pisang muda. Citarasa daun pisang dalam dandang kukusan, seperti menjadi pakem rasa botok yang autentik.

Pangkasan Bagian Atas Bungkus Botok Menunjukkan IsiannyaPangkasan Bagian Atas Bungkus Botok Menunjukkan Isiannya Foto: dok.detikFood/ Erliana Riady

Proses membuat botok memang dengan cara dikukus. Adonan bumbu botok, yakni cabai rawit dan cabai besar, bawang merah dan putih serta kencur dihaluskan. Kemudian di aduk bersama parutan kelapa muda dan isian. Seperti daun kemangi dan beluntas yang dirajang.

"Lalu dibungkus daun pisang dan dikukus sekitar 20 menit. Saya pernah coba tak bungkus kertas plastik, tapi ndak laku. Rasanya beda kata pelanggan saya. Cuma sehari pas hujan deras, susah dapat daun pisang itu," tuturnya.

Pangkasan Bagian Atas Bungkus Botok Menunjukkan IsiannyaPangkasan Bagian Atas Bungkus Botok Menunjukkan Isiannya Foto: dok.detikFood/ Erliana Riady

Menurutnya, memangkas ujung bungkus botok berbentuk tum sudah diajarkan neneknya sejak Sul masih kecil. Dan kebiasaan itu diteruskannya hingga kini. Tapi tradisi itu memang selalu dijumpai penjual botok tradisional di wilayah Blitar.

"Sakjane ki sing gawe yo ra iso ngapalne isine opo. Makane digawe tondo (Sebetulnya itu yang bikin juga gak apal isinya apa, makanya dibuat tanda). Tanda itu memudahkan baik penjual maupun pembeli memilih isian botok sesuai selera mereka," pungkasnya.




(sob/odi)

Hide Ads