Nama Kopi Sunyi mungkin kini sudah mulai banyak dikenal masyarakat sejak berdiri tahun 2019 lalu. Namun, tahukah ternyata ide pembuatan coffee shop yang semua pekerjanya dari difabel ini ternyata sudah ada sejak tahun 2016.
Mario Gultom, penggagas Kopi Sunyi, menyebut kesulitan sejak awal mau membuka coffee shop ini. Misalnya mencari contoh buat social-entrepreneur, bahkan ide yang ia bikin dibilang berlebihan dan Indonesia belum siap menerimanya.
"Tentang Kopi Sunyi, dari awal mau bikin, udah susah. Sulit sekali cari mentor, untuk jadi social-entrepreneur. Pas cari partner, denger mau bikin tempat ngopi yang pekerjanya semua difabel, mereka tertawa. 'Idenya berlebihan, Indonesia belum siap'," katanya dikutip dari Instagram Grab Indonesia (Jumat, 24/7/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi Mario, kesulitan tersebut tak membuatnya untuk terus berusaha. Ia lalu mempelajari bahasa isyarat, braille, sampai ngumpul bareng difabel. Dari sana, Mario mulai melibatkan teman difabel, dari menu sampai desain interior.
"Mereka orang yang selalu berjuang, ketika ada orang yang mau menolong, tentunya mereka berhati-hati. Makanya begitu kita udah temenan, dan tahu isi hati masing-masing, baru aku tanyain, apa mereka mau bantu, kalau aku membuat usaha untuk mereka," kata Mario.
"Dari juru parkir, barista, chef, social media, semuanya difabel. Kita juga partner bareng 30 komunitas Jakarta," imbuhnya.
Mario juga bercerita masalah tak berhenti saat Kopi Sunyi sudah dibuka. Ia mencontohkan pelanggan yang marah-marah terhadap pelayanan di Kopi Sunyi. Itu karena ia masih belum mengetahui kalau pekerja di Kopi Sunyi semuanya difabel.
"Oh, banyak cerita. Secara marketing kan kita ga pernah sebut kita coffeeshop difabel, hanya 'Kopi Sunyi yang penuh harapan'. Nah, pernah ada pelanggan datang, ngomel, 'Barista lemot ditanya ga jawab!' lalu kami jawab, 'Maaf pak, ada tulisannya di sini.'" ujar dia.
"Pelanggan mungkin ngerasa ga enak, langsung 'Ooh, maaf maaf saya ga tau.' Sekarang mereka malah sahabatan, pelanggan jemput barista kita, buat main game bareng. Aku senang sekali! Mereka sampai bikin komunitas game lagi. Itu impian aku!" sambung Mario.
Lebih lanjut Mario mengatakan penjualan di Kopi Sunyi sempat terhenti karena pandemi. Namun, sampai saat ini dirinya mengatakan tak berhenti untuk mengedukasi protokol kesehatan buat pekerja Kopi Sunyi dan merambah online untuk meningkatkan penjualan di masa pandemi.
"Mereka bisa jadi duta buat sesama teman difabel, apalagi akses info mereka terbatas. Mereka sempat tanya, 'Apa itu lockdown?' Jadi sampai hari ini, masih terus edukasi, termasuk gimana mengubah offline jadi online pakai @grabfoodid supaya Kopi Sunyi bisa #TerusUsaha dan bisa donasi, bantu difabel lainnya yang kesulitan saat ini," pungkasnya.
(mul/mpr)