Viral orang bicarakan klepon 'tidak islami' di media sosial punya dampak positif. Penjual klepon di Sukoharjo ini malah diserbu pembeli.
Salah satunya, adalah dua pedagang lenjongan di pertigaan Tugu KB Dusun Butulan Makamhaji Sukoharjo Jawa Tengah. Di pertigaan ini ada dua pedagang yang menyajikan makanan tradisional ini bersama dengan makanan lainnya. Orang Solo memberi istilah 'lenjongan' adalah nama bagi sekumpulan jajanan pasar yang mayoritas terbuat dari singkong.
Terdiri dari berbagai makanan seperti gendar, klepon, sawut, jongkong, gatot, getuk, tiwul, cenil, klepon, ketan hitam, ketan putih, dan jagung (atau grontol), Lalu ditaburi parutan kelapa dan gula pasir ataupun gula merah cair di atas lenjongan ini. Salah satu yang lagi viral adalah Klepon yang disebut makanan tidak Islami.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Baca Juga : Disebut Klepon 'Tidak Islami', Ini 5 Makanan dan Minuman Legit Serba Klepon
Padahal makanan tradisional ini sudah ada sejak lama, bahan yang digunakan pun halal, mulai dari tepung ketan dan gula merah serta kelapa parut sebagai topping. Viralnya isu klepon tidak islami itu juga terdengar oleh pedagang lenjongan di tugu KB ini. Salah satunya adalah Dwi Yuliana (38) warga Tirisan, Rt 01 Rw 23 Makamhaji Kartasura Sukoharjo.
"ya enggaklah, masak makanan nggak Islami, malah tambah laris ini. Kemarin siang habis dan ngebel lagi minta nambah setengah kilogram lagi. Biasanya sehari bikin sekitar 1,5 kilogram, kemarin malah tambah setengah kilogram", ujar saat ditemui Detikcom (23/7) di rumahnya.
Wanita yang biasa dipanggil Anna, biasanya menjual klepon dalam satu paket dengan makanan tradisional lain yang biasa disebut dengan lenjongan. Lenjongan terdiri dari getuk gula pasir, getuk gula jawa, dan yang lainnya. Berjualan sejak 15 tahun yang lalu, klepon satu paket dengan makanan tradisional yang disebut lenjongan ini dijual dengan harga Rp 5.000 per bungkusnya.
![]() |
"Banyak yang beli klepon saja, atau satu paket komplit. Biasanya lenjongan saya mampu bertahan selama satu hari. Taburan kelapanya dipisah jadi tidak gampang basi", jelasnya. Berjualan sejak pukul 10 pagi hingga sekitar pukul 13 biasanya sudah ludes diborong para pembeli.
Menurut salah satu pelanggan klepon yang sering membeli di tempatnya, isu tentang makanan klepon tidak Islami itu hanya kabar hoaks saja. "Enggak lah, itu hoaks saja. Orang saya itu kadang sering ke sini. Membeli 3 bungkus biasanya untuk makan sendiri sama keluarga, soalnya klepon itu rasanya enak sih, manis gitu," tutur Marmi, warga Laweyan.
Baca Juga : Klepon 'Tidak Islami', Ini Kisah di Balik Foto Klepon yang Viral
(raf/odi)