Di tengah pandemi COVID-19, bisnis kuliner online jadi peluang menjanjikan. Contohnya pengusaha Bakso Pandemi yang laris manis di tengah pandemi COVID-19.
Bisnis kuliner online kini makin banyak digemari karena sangat mudah dijalankan. Semua orang seperti berlomba-lomba mencoba peruntungan di bisnis kuliner dengan menjual makanan yang tak hanya enak, namun juga unik.
Hidangan bakso yang biasanya dijual di pinggiran jalan, keliling, atau restoran ini biasanya langsung disajikan dalam keadaan hangat. Namun di tengah pandemi COVID-19, banyak juga yang berinovasi dengan penyajian bakso agar bisa dijual online.
Misalnya bakso beku (frozen) yang divakum dalam kemasan plastik hingga paket bakso lengkap dengan bumbu dan kuah yang bisa dimasak sendiri di rumah (ready to cook). Namun, ada juga bisnis kuliner online bakso yang hadir dengan nama unik. Namanya Bakso Pandemi yang baru muncul di tengah COVID-19. Karena nama uniknya ini, banyak orang akhirnya penasaran dan membelinya.
![]() |
Baca Juga: Chef Tiarbah Cerita Nasi Goreng Dendeng Lemak yang Viral di Twitter
Dessy, penjual 'Bakso Pandemi' bercerita awal mula dirinya jalani bisnis kuliner online. Ia melihat peluang bisnis di tengah pandemi COVID-19 karena banyaknya orang yang memesan makanan via online.
Awalnya bakso yang ia jual tersebut tidak memiliki nama, pengemasannya juga seadanya karena hanya ditujukkan untuk orang terdekat saja yang membeli. Namun kini bakso tersebut punya nama yang unik dan pengemasannya cukup baik.
Ia menamainya bakso jualannya, 'Bakso Pandemi'. Nama pandemi tersebut diambil dari wabah COVID-19 yang hampir di seluruh dunia. Dessy ingin bakso yang dijualnya ini dapat 'mewabah' dan dikenal oleh banyak orang.
![]() |
Saat dikujungi detikFood (29/6), Dessy menjelaskan kalau varian dari baksonya punya nama yang unik. Nama-namanya ini diambil dari istilah yang ada di Indonesia selama pandemi COVID-19.
Ada 3 varian dari 'Bakso Pandemi' yaitu Bakso Iga Anti Virus, Bakso Telur WFH, dan Bakso Spesial Pandemi. Untuk Bakso Iga Anti Virus (Rp 20.000 per porsi), terdiri dari 3 bakso kecil dan 1 bakso besar yang di dalanya berisikan satu iga sapi utuh dengan daging yang cukup tebal.
Lalu untuk Bakso Telur WFH (Rp 19.000 per porsi), terdiri dari 3 bakso kecil dan 1 bakso besar dengan satu butir telur ayam utuh. Sedangkan untuk Bakso Spesial Pandemi (Rp 25.000 per porsi) adalah gabungan dari bakso iga dan bakso telur.
Bakso-bakso tersebut dikemas dalam wadah mangkuk kertas yang aman untuk makanan. Selain bakso, ada juga pelengkap mie kuning, bihun, sawi hijau, daun seledri, bawang merah goreng, saus, sambal, dan kuah kaldu.
Dessy juga menjelaskan kalau bakso jualannya homemade, tanpa MSG, tanpa bahan pengawet, dan gluten free. Karena ia sama sekali tidak mencampurkan tepung terigu ke dalam adonan dagingnya melainkan memakai tepung sagu saja. Bumbunya hanya berupa bawang putih yang dihaluskan, garam, dan merica.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Walau penjualan Bakso Pandemi baru berjalan sekitar 3 minggu setelah PSBB mulai dilonggarkan, namun Dessy mengaku kalau penjualannya cukup stabil setiap harinya. "Pertama-tama yang beli setiap buka PO sekitar 20 porsi. Lalu naik lagi jadi 30 porsi. Sampai saat ini bisa 50 porsi setiap kali buka PO," ungkap Dessy.
"Pengiramannya juga nggak cuma di Jakarta, tapi ke Bekasi, Depok, Ciputat, Pamulang, dan lainnya." lanjut Dessy.
Ia memasarkan produk Bakso Pandeminya tersebut lewat aplikasi WhatsApp, dan sekarang juga merambah ke Instagram @kunyah20x. Banyak pelanggannya yang ketagihan karena rasa baksonya yang enak dan gurih walaupun tanpa MSG.
Selain bakso, ternyata Dessy juga berjualan aneka camilan serba Rp 10.000 per bungkusnya. Seperti keripik bawang, keripik pisang, dan serundeng kelapa yang enak dinikmati dengan nasi putih hangat.
Baca Juga: Belajar Bikin Pasta hingga Bumbu Balado Minang Kini Bisa Via Zoom
(yms/adr)