Ternyata di dataran Muria, terdapat banyak potensi alam yang bisa diolah menjadi makanan lezat. Mulai dari makanan spaghetti bolognese daging kerbau, mi dengan sayuran daun pakis ala Colo, pisang byar, kopi, sampai minuman dari buah yang konon warisan Sunan Muria, yakni parijoto.
Daging kerbau sejak dulu lebih populer daripada daging sapi. Bahan makanan lokal ini disajikan dengan gaya kekinian Kafe Gravitasi. Tempat asyik itu berada di perkampungan, di Desa Pesuruhan Lor, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut pemilik Kafe Gravitasi, Sam'ani Intakoris, pihaknya memang mengusung potensi lokal dalam pembuatan menu makanan dan minuman. Sebab potensi lokal yang ada tak kalah dengan daerah lainnya.
![]() |
"Memang dari alam Muria. Ada jeruk pamelo, parijoto, pakis. Mi nya pakai sayur daun pakis. Walaupun sini gak ada pecel (pecel pakis) tapi sini pakai mi. Biasanya pakai sawi, ini pakai sayur daun pakis," kata Sam'ani ditemui di kafenya, Selasa (17/12/2019).
"Kan ini kami uji coba terus. Dan kita mau mengangkat Muria bener. Sebenarnya di Kudus ini kan, makanan-makanannya kan terkenal. Yang baru keluar atau terkenal baru soto," ujarnya.
Menurutnya soto Kudus memang sudah terkenal tapi ada banyak daerah yang sama-sama memiliki soto khas. Seperti Soto Jakarta, Makassar, Lamongan, dan lainnya. Makanya ia memberanikan diri menyajikan makanan khas Muria Kudus lainnya.
"Kami tidak mau omong doang. Tapi juga sebagai pelaku. Mulai dari hulu ke hilir. Kita kan tahu ada petani di sini. Hasilnya mereka juga baik-baik," ujarnya.
![]() |
Di antara menu unik mereka adalah spaghetti bolognese daging kerbau. Daging kerbau itu dipilih lantaran untuk menghormati Sunan Kudus. Karena dahulu Sunan Kudus melarang warga kota ini agar tidak menyembelih sapi. Guna menghormati umat Hindu.
Ada lagi pisang byar atau pisang tanduk. Pisang ini juga menjadi khas bukit Muria. Di Kafe Gravitasi, menu ini diolah menjadi pisang goreng dan pisang bakar. Untuk pisang bakar, separuh kulitnya dibiarkan dan separuh lainnya sudah dikupas ketika dibakar.
Yang tak boleh dilewatkan, minuman dari buah parijoto. Sebagian warga lokal percaya jika buah ini merupakan warisan atau peninggalan Sunan Muria. "Buah ini hanya bisa ditemukan di Muria. Kami mengekstrak buah parijoto, kemudian kami olah menjadi minuman segar," kata Sam'ani.
![]() |
Sementara untuk kopi yang disajikan semua berasal dari perbukitan Muria. Sebagaimana diketahui, belakangan kopi Muria kian naik daun. Mulai dari kopi robusta hingga arabika.
"Kami pakai 100 persen kopi Muria. Seperti kopi, parijoto. Kopi itu sama. Hanya daerah tanamnya yang beda. Apa salahnya kita pakai Muria. Ada Rahtawu, Damarwulan Jepara, Jolong, Cluwak. 100 persen pakai kopi Muria. Tidak tergoda lainnya. Arabika pakai Tempur," tambah Sam'ani.
Soal ketersediaan bahan mentah, Sam'ani tak khawatir lantaran sampai saat ini bahan mentah tersedia melimpah. "Bahan mentahnya melimpah. Petani siap, pasar juga dekat. Pasar Bitingan," ujarnya.
![]() |
Selain ada banyak menu makanan dan minuman Muria, tempat ini juga Instagramable. Gedungnya merupakan perpaduan materi besi baja, jati dan kaca lebar. Selain juga dilengkapi dengan sky bridge. Kendaraan bajaj, hingga vespa menjadi dekorasi kafe.
Doni Dole, penanggung jawab F&B menuturkan berbagai makanan disajikan dengan konsep mengusung spirit Muria. Tentu dengan harga yang terjangkau. Mulai dari Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu.
(adr/odi)