Janet mengaku semua bermula dari kecintaanya terhadap makanan Bali. Kemudian saat itu dia merasa perlu membuat festival kuliner yang menggabungkan kuliner nasional dan internasional apalagi saat itu belum ada festival yang serupa.
"Festival ini beda dengan tahun sebelumnya karena ada kuliner Aceh dan Ternate. Kita akan membawanya naik kelas lagi. Ini menjadi hal yang menunjukan diversity masakan Indonesia," kata Janet kepada detikcom, Sabtu (27/4/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat berbincang, Janet pun menyampaikan beberapa saran terkait masih sulitnya kuliner Indonesia mendunia. Salah satu masalah yang digarisbawahi adalah soal keotentikan masakan.
"Yang saya yang temukan itu kalau di restoran Indonesia di luar negeri seperti di Melbourne itu tidak terlalu otentik karena untuk banyak menggunakan rempah seperti masakan Indonesia itu sulit dan rempahnya sulit ditemukan, jadi beda. Jadi harus banyak keluar uang dan padahal di sini murah lalu di sana mahal jadi itu masalahnya," kata wanita asal Melbourne ini.
Dia pun mengambil contoh proses kemajuan kuliner di Thailand. Dia menganggap pemerintah Thailand mampu mensponsori bisnis kuliner di luar negeri dengan menyediakan segala rempah dan bumbu dengan harga yang murah.
"Untuk mengembangkan kuliner komersial tetap otentik mungkin cara itu bisa membantu. Jadi harus ada komitemen juga dari para pengusaha restoran untuk menjaganya tetap otentik?" tambah mantan jurnalis ini.
Janet mencontohkan misalnya jika ingin menjadikan salah satu kuliner menjadi ikon maka harus pemerintah harus mempromosikannya secara tepat.
"Mereka harus mengajak profesional yang memang tahu itu resepnya yang benar dan membuatnya itu tetap otentik," pungaks wanita yang suka berkebaya bali ini.
Ini pun dia praktikan saat dia menulis buku. "Waktu saya nulis buku saya punya tim yang memang memastikan bahkan setiap katanya jadi make sure semuanya akurat," tutup Janet. (mul/ega)