Blitar -
Buah nangka yang kuning manis dan renyah tak hanya enak untuk campuran
es teler. Buah inipun berhasil dibuat keripik nangka yang berkualitas bagus.
Bulan November sampai akhir tahun adalah puncak musim nangka. Di masa panenstok nangka yang melimpah membuat harganya turun. Namun di tangan pengusaha di Blitar, buah tropis ini jadi punya nilai ekonomis tinggi karena diolah menjadi kripik buah.
 Foto: dokdetikFood |
Jika satu buah nangka dengan berat sekitar 15 kg dibeli seharga Rp 50 ribu. Jika telah diolah menjadi keripik nangka, maka per bungkus seberat 100 gr bisa dijual seharga Rp 20 ribu. Tak heran, omzet yang didapat per bulan mencapai Rp 80 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keripik nangka produksi Anis Rohmawati rasanya beda. Harum aroma nangka masih tercium, manisnya terasa natural, warna kuning keemasan keripik juga terlihat menarik. Selain itu, keripik nangka berlabel Anisa Jaya ini renyah dan bisa tahan sampai satu tahun. Padahal dalam proses pembuatannya tanpa diberi pemanis buatan dan bahan pengawet.
 Foto: dokdetikFood |
"Pemilihan buah nangka berkualitas tinggi, itu kuncinya. Kematangan pas jadi saat diolah rasa manisnya natural. Dan penggorengan dengan mesin bersuhu rendah, itu yang membuat kripik tahan sampai satu tahun jika disimpan dalam alumunium foil yang kedap udara tentunya," jelas Anis ditemui di workshopnya, Senin (8/12/2018)
Warga Desa Gogodesa Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar ini selalu punya stok kripik berlebih jika musim panen nangka. Disimpan dalam kemasan alumunium foil seberat 1 kg, kripik akan dipilah berdasarkan besar kecilnya.
 Foto: dokdetikFood |
"Biasanya belum setahun sudah habis. Apalagi kalau menjelang lebaran, saya biasa menjual curah. Kalau yang besar-besar harganya juga lebih mahal dibanding yang kecil-kecil," ulasnya.
Mereka yang membeli curah, biasanya akan mereka kemas sendiri dan diberi label sesuai merek dagang mereka. Harganyapun bervariasi.
"Kalau kripik nangka buatan Blitar harganya memang agak mahal dibandingkan buatan Batu ya. Mungkin kalau disana produknya whole sale. Kalau saya masih melayani retail. Jadi ongkos produksinya tentu lebih tinggi," jelas wanita berhijab ini.
 Foto: dokdetikFood |
Harga boleh beda, namun soal rasa Anis berani menjaminnya. Menjaga kualitas produksi, membuat keripik buah bikinannya tak pernah sepi pembeli. Sebetulnya pesanan dalam jumlah banyak terus mengalir, namun Anis belum bisa melayani.
"Saya masih punya satu mesin saja. Ini sekali penggorengan kapasitasnya hanya 30 kg. Dengan minyak 200 liter proses penggorengan makan waktu dua sampai tiga jam. Jadi produksinya masih terbatas. Yang penting saya jaga kualitas dulu, kuantitas pelan tapi pasti selalu saya usahakan," pungkasnya.
(dwa/odi)