Surabaya - Peserta Innocreativation pada hari kedua dibuat kagum. Pada tema kuliner From Nothing to Something itu, salah satu pembicara chef Andrian Ishak mempresentasikan berbagai makanan yang dimasak dengan metode molecular gastronomy.
Molecular gastronomy merupakan teknik memasak yang menggabungkan antara memasak dengan menggunakan ilmu fisika juga kimia. Teknik ini kemudian dikembangkan oleh chef Andrian, dan ia disebut-sebut sebagai pelopornya.
Baca Juga: 7 Makanan Molecular Gastronomy Ini Bentuknya Beda dengan Rasanya  Foto: Ari Saputra |
"Jadi, bisa dibilang saya bukan scientist. Saya juga bukan lulusan fisika atau kimia," kata Andrian di depan ribuan peserta, Kamis (15/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya dulu anak band, saya kemudian menjual gitar saya untuk beli tabung liquid nitrogen," lanjut Andrian.
Andrian mengaku, pada awal-awal pindah ke bidang kuliner banyak yang meragukan. Karena dianggap sudah telat. Namun ia tidak putus asa, ia dengan tekun belajar secara otodidak.
 Foto: Ari Saputra |
"Karena saya juga sudah dianggap telat dan banyak juga koki yang lebih handal. Tapi dari situ kemudian punya ide memasukan seni dan molecular gastronomy ke dalam masakan," imbuhnya.
Pada tahun 2006 Ia kemudian merintis sebuah restoran yang ia beri nama Namaaz Dinning. Di luar dugaannya, gagasan kreatifnya itu banyak mendapat respons positif.
Untuk menu yang ditawarkan, Andrian mengaku selalu memiliki tema berbeda-beda sesuai dengan inspirasi yang melatarbelakangi. Menu yang dibuat juga unik karena apa yang dilihat akan berbeda dengan apa yang dirasakan.
 Foto: Ari Saputra |
Contohnya, bentuk sebuah kapas yang ternyata tidak lain adalah tempe mendoan. Ada juga yang terinspirasi dari peribahasa, seperti 'ada udang dibalik batu' yang terlihat seperti batu tapi ternyata daging udang.
Lalu berapa harganya dalam setiap menunya, Andrian mengatakan bahwa untuk setiap menunya ditarik sekitar Rp 1,2 juta dalam bentuk set menu.
 Foto: Ari Saputra |
Dalam sesi ini turit hadr Ruben Onsu yang berbagi pengalaman dan tips seputar usaha kuliner yang ditekuninya. Sementara Traiawan Munaf, Ketua Badan Ekonomi Kreatif menjadi moderator sesi yang berlangsung aktraktif di Grand City Surabaya Mall and Convention ini.
Baca Juga: Dari Durian, Kopi Indonesia hingga 'Molecular Gastronomy'
(sob/odi)