Jl. Lawanggada, Cirebon: Ada Mie Koclok Sampai Bubur Sop yang Hangat Sedap

Jl. Lawanggada, Cirebon: Ada Mie Koclok Sampai Bubur Sop yang Hangat Sedap

- detikFood
Senin, 12 Agu 2013 17:39 WIB
Foto: Detikfood
Jakarta - Kumandang takbir di malam Idul Fitri terdengar sayup-sayup. Tak ada pawai anak-anak muda berkeliling sambil memukul beduk. Tapi langit Lawanggada ramai kembang api, membuat suasana jalan yang dipenuhi tenda makan ini tak lagi sepi.

Mumpung berada di Cirebon, saya dan keluarga berniat berwisata kuliner. Kota Udang ini memang dikenal memiliki cukup banyak sajian khas, dari empal gentong sampai nasi lengko. Informasi mengenai tempat makan enak di Cirebonpun sudah di tangan.

Kesempatan itu datang saat malam takbiran kemarin. Kali ini, saya ingin mencicipi bubur sop, docang, dan mie koclok. Berbekal informasi dari famili yang berdomisili di Cirebon, kami berangkat menuju Jalan Lawanggada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jalanan saat itu tak padat, namun tak terlalu sepi juga. Sempat khawatir para penjual makanan tutup di malam takbiran, akhirnya kami menemukan Jalan Lawanggada dan bersyukur tempat ini mulai ramai disesaki pengunjung.

Di sepanjang jalan dijajakan berbagai makanan khas Cirebon, mulai dari mie koclok, sate kalong, tahu gejrot, sampai bubur sop. Adapula penjual sate ayam dan gado-gado ayam yang sayangnya sedang tutup. Sayapun semringah bisa mencicipi aneka hidangan khas yang sudah saya incar dalam sekali jalan.

Tujuan pertama saya adalah Mie Koclok Mas Edi. Meski ada mie koclok Bu Ijah dan Pak Sam di jalan yang sama, Mie Koclok Mas Edi paling ramai dan besar. Ternyata Mie Koclok Mas Edi juga sudah terkenal di Jakarta melalui sebuah festival jajanan nusantara.

Di spanduknya terlihat foto sang pemilik bersama seorang aktor ternama serta singkatan Mie Koclok Mas Edi: 'Mie Khasnya Orang Cirebon yang Lebih Okey, Memang Asyik, Enak dan Istimewa'. Mie kocloknya disiapkan di dua gerobak. Para pelanggan menyantapnya di meja dan kursi plastik sederhana serta area lesehan seadanya.

Setelah pesanan saya dicatat dan diberi nomor antrean, saya menunggu di lesehan paling pojok karena yang lain sudah terisi penuh. Kebetulan, di depannya ada penjual tahu gejrot pikulan. Sekalian saja kami memesan tahu gejrot sambil menunggu mie disajikan.

Tak berapa lama, sepiring mie koclok (Rp 12.000) panas tersaji. Hidangan ini serba putih, kecuali kuning telur dan bawang merah gorengnya. Di dalamnya ada mie, daging ayam suwir, kol, tauge, telur iris, dan tak lupa kuah yang jadi ciri khasnya.

Mie koclok ini memang harus disantap selagi hangat, karena kalau tidak kuahnya yang berwarna putih akan menjadi sangat kental. Selain santan, kuahnya juga diberi tepung kanji. Rasanya unik, agak gurih dan sedikit asin.

Usai menikmati mie koclok, saya beralih ke sepiring mungil tahu gejrot (Rp 6.000). Meski sudah pernah mencoba dan bisa ditemui juga di Jakarta, rasanya tak bosan-bosan saya menikmati racikan tahu Sumedang dengan bumbu bawang merah, bawang putih, cabai rawit, kuah asam, dan gula merah ini. Apalagi tahunya tak bau asam, berbeda dengan tahu gejrot di Jakarta. Gurih pedas, sedapnya!

Meski perut sudah hampir penuh, saya tak mau melewatkan bubur sop (Rp 8.000) yang entah bisa saya temui di mana lagi kalau bukan di sini. Si penjualpun menuangkan bubur nasi ke mangkuk. Kemudian, ia menaburkan kedelai goreng, potongan kentang rebus, tomat, suun, suwiran daging ayam, daun bawang, irisan seledri, dan kerupuk kanji.

Tak lupa, kaldu sup panas mengepul dituangkan. Benar-benar perpaduan bubur ayam dan sup! Bedanya, si penjual juga menambahkan tauco, sehingga kuahnya berwarna cokelat dan terasa gurih manis khas.

Awalnya lidah saya tak terbiasa dengan kombinasi ini, namun lama-lama kelembutan dan kehangatannya mengusir dingin malam benar-benar nyaman di perut. Oh iya, si penjual bubur sop juga menjajakan sop dengkil sapi tulang iga. Namun, apa daya, perut saya sudah tak kuat lagi menampung meski mata masih jelalatan.

Wisata kuliner tenda pinggir jalan ini jadi meriah berkat para penjual kembang api dan petasan di sepanjang jalan. Letusan petasan yang bikin kaget sampai cantiknya kembang api yang diluncurkan ke udara belum tentu bisa dirasakan di luar malam takbiran. Pedagang makanan dan para pembelipun belum tentu seramai sekarang. Wah saya beruntung!


Jl. Lawanggada dan Jl. Kesambi
Dekat persimpangan rel stasiun Cirebon Prujakan
Cirebon
Jam buka: 17:00-tengah malam

(fit/odi)

Hide Ads