Kemarin malam seorang teman mengajak saya untuk mencicipi begor di kawasan Tendean. Awalnya memang agak malas karena cuaca sore itu sedang tidak mendukung. Tapi atas bujuk rayunya akhirnya sayapun pasrah. Saya nunut saja ketika mobil kami berbelok tepat di samping salah satu stasiun TV swasta di kawasan Tendean.
Saya memang tidak terlalu suka bebek karena tekstur dagingnya yang alot dan terkadang tercium bau BB si bebek. Tapi teman saya ini meyakinkan saya kalau daging bebek di tempat ini sangat berbeda dari bebek-bebek yang pernah saya coba sebelumnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tempat yang sederhana ini tersedia tiga jenis menu pilihan bebek biasa, bebek super, dan juga bebek peking. Karena bebek biasa sedang kosong akhirnya kami pun memesan seporsi bebek super dan juga bebek peking. Bebek biasa dan bebek super hanya berbeda ukurannya saja. Sebagai teman pelepas dahaga kami memesan es teh manis.
Sambil menunggu pesanan kami datang, saya sempat bertanya pada si empunya warung perihal bebek apa yang mereka gunakan. "Wah, kalau di tempat kami pakai bebek afkir Mba," terang si penjual. "Bebeknya juga yang kakinya item, bukan mentok atau yang lainnya," tambahnya lagi.
Afkir yang artinya 'sisa' ini ternyata berbeda artinya untuk istilah bebek. Bebek afkir adalah bebek betina yang sudah tidak bertelur lagi makanya dagingnya digunakan untuk begor. Biasanya tekstur daging afkir jauh lebih alot, karena umumnya bebek yang digunakan sudah berumur lebih dari 5 bulan. Hmm.. saya pun semakin penasaran dengan begor ireng ini.
Si begor ireng pun datang, sepintas antara bebek super dengan bebek peking tidak jauh berbeda. Apalagi saya dan teman sama-sama memesan bagian paha. Tapi setelah didekati barulah terlihat bedanya. Bebek goreng tampil tidak terlalu kering dengan warna hitam dagingnya yang cukup dominan. Sedangkan bebek peking hadir dengan warna daging cokelat gelap.
Harum bumbu dengan aroma bawang dan rempah yang kuat segera menyerbu hidung. Wah, bikin perut makin lapar saja. Begor ireng pun langsung saya eksekusi. Dagingnya agak sedikit sulit saat dibelah, tapi ketika sudah mampir di lidah, ternyata tidak terlalu banyak perlawanan. Justru dagingnya cukup empuk untuk ukuran daging bebek afkir.
Makin menggiurkan saat beradu dengan sambal dadak rawit merah. Warnanya saja sudah menggoda, oranye menyala, ditumbuk kasar dengan paduan bawang putih. Siraman jelantah (minyak bekas menggoreng) bebek memberi jejak harum bumbu yang sedap. Cocolan daging begor ke dalam sambal ini memang efeknya dahsyat! Gurih, pedas menggigit! Huah..huah...
Hanya saja harapan saya tentang bebek goreng yang kriuk renyah sedikit meleset. Meskipun begitu saya tak terlalu kecewa. Nah, kalau begor hadir dengan warna daging yang kehitaman, beda lagi dengan bebek Peking racikan warung cak Baz ini.
Warna dagingnya cokelat gelap, dan dagingnya sangat mudah terlepas dari tulangnya. Rasanya gurih dengan semburat rasa manis di bagian ujungnya. Agaknya si bebek Peking ini diungkep dalam panci bertekanan alias pressure cooker sehingga empuk dan lembut dagingnya.
Ciri khas begor cak Baz ini adalah remahan berwarna kehitaman yang jadi pelengkap tiap menu bebeknya. Remahan hati dan sedikit suwiran daging bebek warnanya kehitaman, rasanya gurih dengan nuansa rempah yang kuat. Saat diaduk dengan nasi putih yang hangat mengepul, rasanya gurih-gurih enak!
Peluhpun mulai berlarian dari dahi dan leher. Harga seporsi begor ireng ini cukup murah untuk bebek super dihargai RP 14.000,00 dan bebek peking Rp 19.000,00. Ringan dikantong bukan? Jika Anda penggila begor dan ingin mencicipi sensasi rasa yang unik, begor cak Baz ini patut dicicipi.
Bebek Ireng Suroboyo Cak Baz
Jl. Tendean 12D, Jakarta Selatan (Samping Gedung Trans TV)
Buka Senin-Minggu mulai pukul 09.30-00.00 Wib
Harga Mulai Rp 14.000,00
Telp:Â 021-71256139/021-33276027
(dev/Odi)