Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengapresiasi perjalanan restoran Tamarind and Lime, Jakarta yang telah memasuki usia ke-2 tahun. Tidak hanya mengusung konsep kuliner Asia Fusion, Tamarind and Lime juga berhasil memadukan cita rasa kulinernya dengan musik anak muda dan bangunan restoran yang penuh estetika dari eksterior.
"Walaupun baru berusia dua tahun, Tamarind and Lime Jakarta telah sukses memeriahkan UMKM sektor kuliner di daerah Senopati, tepatnya di jalan raya Suryo Kebayoran Baru yang terkenal sebagai surganya kuliner dan entertainment," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Senin (29/8/2022).
"Siapapun yang datang ke sini, dijamin akan betah menikmati santapan khas ala Tamarind and Lime yang dipadukan dengan musik dan suasana restoran yang nyaman," imbuh Bamsoet usai menghadiri perayaan HUT ke-2 Tamarind and Lime di Jakarta Minggu malam (28/8).
Ketua DPR RI ke-20 ini menjelaskan Tamarind and Lime yang dikelola anak-anak muda yang dipimpin putri ke-empatnya Saras Shintya putri, mahasiswi tahun terakhir FH-UI itu memiliki dua lantai. Lantai bawah dilengkapi meeting room dan lantai atas merupakan area kafe dan panggung live musik.
"Kuliner khas Asia Fusion yang disajikan di sini terinspirasi dari berbagai cita rasa kuliner warisan Indonesia hingga cita rasa negara-negara Asia seperti Singapura, Malaysia, Thailand, hingga Tiongkok. Tamarind and Lime juga masih mempertahankan rasa otentik yang orisinil, hanya dengan sentuhan baru dan presentasi modern," ungkapnya.
"Beberapa menu andalannya antara lain, Wellington Beef Rendang yakni pastry dengan isi daging saikoro yang dimasak dengan bumbu rendang, Red Curry Roasted Chicken yakni dada ayam dan terong yang disiram saus curry serta dinikmati dengan jasmine rice, Tongseng Wagyu Beef Brisket and Bone Marrow serta fried fish atau ikan goreng yang disajikan dengan sambal khas Bali," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar sekaligus Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menerangkan kehadiran Tamarind and Lime telah membuka puluhan lapangan pekerjaan bagi warga sekitar, serta memberikan multiplier effect economy yang signifikan terhadap berbagai mata rantai ekonomi penunjang kegiatan restoran, seperti sayuran, daging, serta berbagai kebutuhan pokok restoran lainnya. Selain juga memberikan tambahan pemasukan bagi negara dan daerah melalui pajak yang dibayarkan.
"Keanekaragaman kuliner di Indonesia yang dipadukan dengan masakan Asia dan Western, sebagaimana yang disajikan oleh Tamarind and Lime, bisa digunakan sebagai bagian kekuatan 'gastrodiplomacy', diplomasi menggunakan kuliner. Gastrodiplomacy sebagai penunjang pariwisata, jika dimaksimalkan bisa meningkatkan citra Indonesia di mata dunia. Bahkan juga mendatangkan keuntungan ekonomi. Seperti halnya yang dilakukan Korea melalui Korean Wave, yang mampu mencatatkan pendapatan hingga 5 miliar dolar AS dari sektor kuliner," pungkas Bamsoet.
(akd/ega)