Indischetafel: Menikmati Biefstuk Sinyo dan Bitterballen Dalam Suasana Kolonial

Indischetafel: Menikmati Biefstuk Sinyo dan Bitterballen Dalam Suasana Kolonial

Odilia Winneke Setiawati - detikFood
Selasa, 07 Apr 2015 18:43 WIB
Foto: Detikfood
Jakarta -

Singgah ke rumah makan yang bergaya kolonial ini seakan masuk ke lorong waktu. Kembali ke tempo doeloe. Ada sajian khas Belanda. Mulai dari biefstuk, aneka sajian nasi hingga lontong cap go meh!

Setiap melintasi jalan Sumatra Bandung kendaraan akan melambat karena banyaknya kafe, restoran dan factory outlet di sepanjang jalan ini. Kami justru tertarik singgah ke rumah makan yang berupa bangunan mungil, terselip di antara deretan toko lainnya.

Sesuai dengan namanya Indischetafel, saat memasuki sudah terasa suasana rumah tempo doeloe. Furnitur kayu berpelitur cokelat memenuhi beberapa sudut rumah kuno ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di sisi kiri depan terletak counter kue-kue kering. Ada beragam kue kuno seperti ananas tartjes dan kattetong serta kue lainnya yang ditata dalam stoples. Dilengkapi dengan timbangan kue kuno yang lebar besar.

Ruangan-ruangan rumah kuno ini dijadikan area makan dengan meja jati panjang, taplak berenda putih. Di dinding dan di sudut-sudut ruangan diisi dengan lemari-lemari jati kuno berisi aneka peralatan makan keramik dan koleksi barang-barang antik.

Lemari hias berisi radio, kipas angin dan mesin tik kuno. Sementara beragam hiasan besi dan gambar kuno memenuhi sisi dinding yang lain. Kamipun memilih duduk di area depan, bersisian dengan grand father clock atau jam kuno sebesar lemari.

Menu yang ditawarkan sebagian besar memakai bahasa Belanda. Soepen (sup), sla soorten (selada), vleescherechten (hidangan daging sapi), Bereiding van rijst (aneka hidangan nasi) hingga beragam minuman dingin dan hangat dan puding serta kue-kue.

Sebelum mengawali santapan, kami mencicipi Sampler (Rp. 27.500) karena kangen dengan camilan khas Belanda. Satu piring berisi kroketten, bitterballen dan risoles, disertai mosterd.

Aroma gurih wangi margarin tercium sedap. Bitterballennya dibuat bulat panjang, gurih dan padat dengan warna kecokelatan. Risolesnya berisi ragout dengan keju. Makin lengkap dicocol dengan saus mosterd yang gurih sedikit asam.

Meski tak terasa istimewa sajian ini cukup menumpas kangen makanan buatan nenek. Sebagai menu utama, rupanya biesstuk atau beefsteak menjadi favorit di sini. Seporsi Biefstuk Sinyo Indischetafel (Rp.75.000) jadi pilihan kami.

Menunggu agak lama, Biefstuk Sinyo ini disajikan dalam porsi lumayan besar. Satu iris bulatan daging sapi disiram saus cokelat, disajikan dengan semangkuk kecil macaroni schotel dan setup sayuran.

Bau wangi gurih kejupun tercium tajam. Macaroni schotel dalam wadah aluminium segi empat ini berlumuran white sauce, rasanya creamy gurih dengan selingan keju cheddar.

Sementara dagingnya berupa fillet yang dimemarkan sehingga terasa sangat empuk saat dipotong. Saus cokelatnya gurih dengan aroma bawang yang lumayan kuat. Sayangnya rasa pala dan lada yang jadi ciri khas beefsteak Belanda kurang kuat. Yang terasa hanya dominan gurih daging sapi saja.

Di saat kami menuntaskan biefstuk terdengat dentangan bunyi ‘grand father clock’ yang menggaung. Benar-benar memberi suasana tempo doeloe yang pekat. Serasa sedang bersantap di rumah seorang ambtenaar (tuan tanah) di masa kolonial.

Santapan gurih kami akhiri dengan Degan Sundae (Rp. 25.000). Disajikan dalam gelas es krim tinggi, es krim vanilla disusun di atas kerukan daging kelapa muda. Atasnya ditaburi kacang tanah sangrai yang dicincang.

Kalau ingin menikmati aneka sajian nasi, kecuali nasi goreng ada menu nasi yang lain seperti nasi tjampoer, nasi cikoer, nasi sate, nasi hanjuang, dan lain-lain. Smakkelijk eten!

Indischetafel
Jl. Sumatera no.19
Bandung
Telpon: 022-4218802

(msa/odi)

Hide Ads