Kecuali mie dan ayam tangkap, Aceh juga punya banyak sajian lezat. Rumah makan ini bisa jadi tujuan untuk mencicipi bebek masak kurma yang empuk gurih dengan kuah berempah. Ada juga asam keu'eung bandeng tanpa duri bercitarasa asam pedas menyegarkan. Mangat that!
Rumah Makan Dapoe Aceh Melayu sudah menarik perhatian kami sejak lama. Tiap melewati Plasa Sentral, di bagian depan gedung selalu terlihat plang restoran ini. Penasaran, kami pun mencobanya untuk santap malam.
Lokasi restoran agak menyempil di bagian belakang kawasan Plasa Sentral. Berbeda dengan dugaan kami, interior Dapoe Aceh Melayu ternyata tak begitu kental suasana khas Aceh. Dindingnya didominasi oleh batu bata. Namun ada salah satu bagian dinding restoran yang diberi dekorasi ukiran Aceh warna putih di atas kayu cokelat tua. Adapun area makan di sini dibagi menjadi dua bagian yang diberi pembatas dinding kaca.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menu pertama yang kami pesan adalah Bebek Masak Kurma (Rp 37.000). Kari bebek masak putih ini termasuk salah satu andalan Dapoe Aceh Melayu. Ada juga olahan bebek lainnya seperti Bebek Dubai (Bakar) atau Bebek Cabe Ijo.
Setelah menunggu sebentar, hidangan bebek berkuah datang ke meja kami dalam keadaan panas. Tercium aroma harum rempah dari kuah kari bebek. Penggunaan kelapa sangrai membuat kuahnya agak kental dan berminyak dengan warna abu-abu tua mirip opor. Ketika menyendoki kuah, tampak daun temurui (daun salam koja) menyembul dari dalamnya.
Di lidah terasa paduan ketumbar, kapulaga, jintan dan kemiri. Tercecap pula rasa bawang merah dan bawang putih. Jejak rempah yang digiling halus masih tampak terlihat pada tekstur kuah. Banyaknya pemakaian rempah dan bumbu membuat sajian sangat gurih aromatik. Absennya pemakaian cabai membuat rasanya sama sekali tak pedas.
Dalam seporsi sajian hanya ada satu potong paha bebek berukuran sedang. Bawang goreng renyah ditaburkan di atas bebek. Ketika bebek dicoba, tak ada bau anyir yang tertinggal. Teksturnya pun sangat empuk dengan rasa gurih bumbu meresap hingga ke daging bebek. Sajian ini begitu nikmat disantap bersama nasi hangat.
Selanjutnya kami mencoba Asam Keu'eung Bandeng (Rp 45.000) untuk menetralisir rasa rempah. Sajian asam keu'eung disajikan dalam wadah stainless steel dengan pemanas yang bisa menjaga panas kuah. Pemanas belum mati saat hidangan tiba. Dehingga asapnya masih mengepul dari kuah kuning terang beraroma segar itu. Tampak daun temurui, irisan cabai hijau dan potongan besar belimbing wuluh dalam kuah.
Asam keu'eung berisi seekor bandeng tanpa duri yang dipotong tiga bagian. Saat dicoba, kuahnya ringan dan terasa asam pedas karena pemakaian bumbu cabai rawit, bawang putih, jeruk nipis serta asam sunti. Penggunaan belimbing wuluh membuat kesegaran kuah makin dominan. Karena bandengnya tak ada lagi duri, sehingga sangat nyaman dikunyah. Daging bandengnya pun bertekstur empuk lunak dan terasa gurih. Hmmm..lezat dimakan hangat-hangat.
Santap malam ditutup dengan segelas kecil Rujak Aceh Kuala Langsa (Rp 12.000). Aroma wangi buah kuini menggelitik hidung saat rujak tiba di meja. Karena dessert dingin ini masih agak beku, kami diamkan terlebih dahulu sampai rujak mencair dan berkuah.
Rujak bercitarasa pedas segar karena pemakaian jeruk nipis dan gilingan cabai rawit. Tenggorokan terasa panas saat rujak melewati tenggorokan. Namun tetap ada jejak manis gula dalam rujak. Parutan timun, ubi jalar, bengkuang, kuini dan potongan kecil nanas terasa campur aduk saat masuk ke mulut. Kerenyahan taburan kacang menjadikan rujak Aceh kian sempurna sebagai makanan penutup.
Dapoe Aceh Melayu yang berukuran cukup luas, mempunyai kapasitas sekitar 150 orang. Terdapat juga 2 ruang VIP untuk gathering, meeting dan acara spesial lainnya. Selain untuk dine-in, rumah makan ini juga melayani katering luar, pesan antar dan special order. Mau mencoba citarasa Aceh otentik? Yuk mampir!
Dapoe Aceh Melayu
Plasa Sentral Lt. Dasar P1
Jl. Jend. Sudirman Kav. 47-48
Jakarta Selatan
Telp: 021-57851207
Jam buka: 10.00-20.30
(msa/odi)