Keberadaan jamu kini rasanya semakin langka, terpinggirkan oleh obat-obat modern. Warung jamu dan penjual jamu keliling tak banyak lagi dijumpai. Padahal, sejak ratusan tahun lalu, racikan berbagai bahan alami dalam jamu telah terbukti mengobati segala penyakit.
Karena itulah, dengan misi menyediakan tempat yang lebih nyaman untuk menikmati jamu, Suwe Ora Jamu didirikan pada Februari 2013. Kedai jamu ini menempati sebuah ruko di Jalan Petogogan, Jakarta Selatan. Dinding luarnya berbata-bata, sementara jendela kaca dan pintu putihnya dinaungi kanopi kain hitam.
Suasana homey terasa ketika kita memasuki kedai ini. Ada perabotan kuno, camilan-camilan jadul seperti permen White Rabbit dan biskuit gem rose di stoples, sampai freezer berisi aneka varian es krim Woody. Sesuai dengan namanya 'Suwe Ora Jamu' yang artinya lama tak minum jamu, kedai ini menyediakan beragam racikan jamu.
Pelayan menyodorkan dua lembar daftar menu: menu jamu serta menu makanan dan minuman. Pilihan jamunya sangat beragam, digolongkan ke dalam jamu untuk pria, wanita, dan anak-anak. Jamu untuk berbagai penyakit juga tersedia.
Seperti Jamu Pegel Linu (Rp 12.000) yang cocok dinikmati saat tubuh terasa ngilu karena habis bekerja berat dan lelah. Tempat meracik minuman ada di bawah tangga. Pelayan menyeduh jamu bubuk campuran jati Belanda dan cabe Jawa dengan air sampai setengah tinggi gelas belimbing. Ia kemudian membawanya ke meja dengan tatakan dan tutup gelas bermotif antik.
Minum jamu memang sebaiknya tak dirasa-rasa, langsung telan saja. Rasanya tentu saja pahit, namun masih bisa ditolerir karena diberi tambahan madu (Rp 3.000). Terdeteksi wangi dan rasa jeruk nipis dalam ramuan berwarna cokelat dengan endapan berwarna gelap ini. Sesudahnya, jangan lupa netralisir lidah dengan segelas mungil air jahe hangat yang tersedia.
Walau di belakang tempat meracik tampak rak dengan stoples-stoples besar berisi aneka herba kering untuk bahan jamu, sang pelayan tak meramunya sendiri. Mereka mendatangkan jamunya dari sebuah pabrik di Surabaya, kecuali beras kencur dan kunyit asam yang dibuat langsung di kedai.
Kalau Anda tak punya keluhan apa-apa dan sekadar ingin mencicipi racikan aneka herba, Suwe Ora Jamu juga menyediakannya. Kami mencoba kombinasi sawi dan kunyit asam dalam 'Green Tamarind' (Rp 22.500).
Minuman berwarna hijau tentara tersebut tersaji di gelas tinggi dengan buih hijau muda tebal di atasnya. Sekali seruput, langsung terasa kesegaran asam Jawa yang asam-manis. Sawinya sendiri hanya memberikan warna hijau karena rasa dan baunya netral.
Lapar? Meski tak sebanyak minumannya, di sini juga tersedia beberapa macam makanan, seperti nasi dan mi, roti panggang, salad, sandwich, serta pisang goreng dan camilan lainnya. Salah satunya adalah Nasi Bakar Tandjung Priok (Rp 28.500) yang disajikan dengan lalap dan setup sayuran.
Aroma gurih tercium saat bungkus daunnya dibuka. Di dalam butiran nasi yang dimasak dengan santan, tersembunyi suwiran daging tuna yang lembut gurih. Sesekali irisan bawang putih dan cabai merah tergigit, namun rasa pedasnya tak begitu menyengat.
Beragam kerupuk dan rempeyek dengan harga Rp 5.000 per bungkus dari stoples. Makanan a la warung kopi seperti bubur kacang hijau dan mi instan juga tersedia. Teh, kopi, wedang, sampai jus dan smoothiespun siap menemani Anda berlama-lama di sini.
Lantunan lagu asal Jawa Tengahpun terdengar. "Suwe ora jamu... Jamu godhong tela... Suwe ora ketemu, ketemu pisan gawe gela..." Ah, minum jamu ternyata bisa asyik di sini. Makanya harus sering mampir agar tubuh sehat bugar!
Suwe Ora Jamu
Jl. Petogogan I No. 28B, Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
Telepon: 021-72790590
Website: http://suweorajamu28.com/
(dni/odi)