Nih Makanan Kebangsaan Orang Kei, Si Enbal Beracun

Mustiana Lestari - detikFood

Rabu, 30 Okt 2019 18:40 WIB

Maluku Tenggara -

Berkunjung ke Kei Kecil, Maluku Tenggara, hampir selalu disuguhi segala makanan yang terbuat dari enbal atau embal. Mulai dari pisang goreng berbalut enbal, enbal original, sampai enbal beraneka rasa. enbal pun kerap dicampurkan atau dipadukan dengan ragam lauk sampai es kelapa.

Memang apa itu enbal? enbal adalah tepung dari singkong yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi padat dan rasanya tawar terkadang sedikit kecut. Proses pengolahannya adalah hal yang paling diperhatikan. Sebab, singkong yang digunakan adalah singkong khas Kei yang beracun atau disebut kasbi.

Nih Makanan Kebangsaan Orang Kei, Si Enbal Beracun

Tepung Enbal untuk pisang goreng/Foto: Mustiana Lestari

Berta Fofid adalah salah satu ibu pembuat enbal yang tinggal di Desa Ngilngof, Manyeu, Maluku Tenggara. detikcom berkesempatan mengikuti proses pembuatan enbal yang begitu menarik. Pertama singkong diparut lalu di-press dengan mesin.

"Singkong lalu kita aluskan, diayak sampai halus, dicampur pake gula 1 kg dengan merata dan diamkan 30 menit. Sudah 30 menit, campur kacang yang sudah dihaluskan, diamkan seperempat jam. Kita mulai panasin cetakan atas bawah, kemudian kita cetak dan panggang 10 menit. Kita intip kalau sudah matang kita taruh di panggangan yg sudah disiapkan lalu dijemur kita bersihkan, baru dipak," jelas Berta kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Lalu bagaimana membuat racun singkong hilang? Berta menjelaskan singkong kasbi tidak bisa diparut dengan parutan biasa sehingga harus di-press dengan menggunakan alat. "Parutan biasa itu bisa menyimpan racun asam birunya masih ada. Kalau pakai singkong biasa beda patinya, sarinya tidak sama dengan singkong beracun," terangnya.

Berta yang sudah 20 tahun membuat enbal ini setiap hari mengemas 200 bungkus enbal yang berisi 15-16 lempeng enbal dengan harga Rp 12 ribu.

"Misalnya kita dapat Rp 200 ribu, belanja Rp 100 untungnya Rp 100 ribu. Sekarang sudah ada orderan di toko-toko terkemuka," imbuhnya lagi.

Foto: Mustiana Lestari

Berta mengaku agar produksinya terus jalan dia banyak mendapat bantuan berbagai pihak. Meski belakangan tak terlalu banyak. Contoh bantuan yang pernah diterimanya adalah bantuan dari desa yang didapat dari dana desa sebesar Rp 500 ribu.

"Harapannya dari pemerintah lebih mempromosikan, mungkin bisa membantu peralatan saya yang masih kurang, saya siap dikasih dana bergulir, tutupnya yang mempunyai merek enbal, Taversi. Untuk mengetahui informasi lainnya dari Kemendes PDTT klik di sini.