Kraca banyak ditemui di seluruh wilayah Banyumas saat bulan puasa. Namun tempat yang hampir setiap harinya menyajikan menu kraca ini ada di warung milik Khamlani (60) di Jalan Kauman Lama, Kecamatan Purwokerto Timur. Ia sudah berjualan kraca semenjak tahun 1995.
Menurut sang istri, Lani (56) dalam sehari selama bulan puasa setidaknya ia bersama sang suami dapat memasak Kraca hingga 100 kilogram. Masakan tersebut biasanya akan langsung habis hanya dalam waktu 3 jam saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Dalam sebulan berati 3 ton, Buat saya saja, sehari 100 kilogram, dalam sebulan berarti 3 ton Kraca diolah di tempat kami. Dan itu habis hanya dalam waktu sebentar, apalagi ini ada yang pesan 15 kilogram," kata Lani sambil memasak Kraca di rumahnya, Minggu (12/5/2019).
Menirutnya pada hari biasa, pembeli kraca, kebanyakan karyawan kantor yang pulang kerja. Di hari biasa dirinya tidak menyajikan banyak kraca seperti bulan puasa, tapi hanya sekitar 25 kilogram saja.
Keong sawah yang merupakan bahan utama masakan khas Banyumas tersebut didapat dari Pekalongan dan Demak. Umumnya didapat dari pengepul keong di wilayah Banyumas. Meskipun bahan utamanya hanya keong, tapi untuk menciptakan rasa, biasanya ia juga menggunakan bahan masakan lain yang diakuinya saat ini mahal.
"Untuk harga Kraca mateng Rp 40 ribu per kilogram, meskipun harga bumbu mahal tapi kita tidak mengurangi bumbu, apalagi bawang putih sekarang per kilogram sudah Rp 70 ribu," jelasnya.
Untuk membuat masakan keong sawah, keong mentah harus dicuci hingga bersih kemudian dilubangi pada bagian ujungnya. Tujuannya untuk menghilangkan kotoran dan agar bumbu meresap ke dalam.
"Setelah itu keong direndam semalam, pagi harinya keong kembali dicuci berkali- kali hingga bersih dan baru dimasak," ucapnya.
Untuk memasaknya, bumbu- bumbu yang dihaluskanditumis kemudian dimasukkan keong yang sudah dicuci bersih. Setelah bumbu meresap kemudian diberi air dan direbus hingga kurang lebih 4 sampai 5 jam. Setelah itu kraca khas Banyumas dengan citarasa yang lezat, pedas dan segar dengan tekstur lunak siap untuk dihidangkan.
![]() |
"Semua dikerjakan sendiri dengan bapak, kalau ada yang bantu takut rasanya kurang pas. Karena masak suasana hati juga kadang harus bagus, kalau tidak kadang rasanya tidak pas. Pernah ada yang beli resep untuk buat kraca tahun 2015 an, tapi kita kasih saja resepnya, ketika dikasih rasanya tetap beda, satu resep tapi tangannya beda jadi rasanya juga tidak sama," ujarnya.
Bagi yang belum pernah mencoba mungkin akan merasa jijik, tapi sensasi rasanya pasti akan membuat ketagihan. Bahkan, menu makanan ini sangat baik bagi ibu hamil untuk menambah protein, penyakit kuning atau liver dan sariawan.
Untuk dapat menikmati kraca ini juga ada caranya tersendiri. Dengan disedot pada bagian cangkangnya atau mengunakan tusuk gigi untuk dapat mengambil daging yang melekat pada cangkangnya. Sedap sekaligus asyik! (lus/odi)