Gudeg bukan hanya milik warga Jogja. Di Blitar pasangan Sri Soebagijo Adi (56) dan Anita Rodiah (42) juga meracik gudeg tidak dalam kendil tanah liat tetapi dengan besek.
Mereka paham betul, packaging produk sangat mendukung gudeg jualannya. Gudeg pun dikemas dalam wadah anyaman bambu berbentuk segi empat dengan tutup yang biasa disebut besek.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya berinovasi dalam kemasan, gudeg ini juga menyesuaikan dengan citarasa orang Blitar. Jika gudeg asli Yogya rasanya cenderung gurih dan manis, untuk gudeg Blitar ini rasa manis dikurangi namun ditambah pedasnya.
"Kami namakan masakan ini gudeg Blitar. Bedanya dengan gudeg Yogya, kalau Yogya ayamnya di masak bacem, disini ayamnya opor suwir. Lainya sama, hanya manisnya diganti tambah pedas," tutur Bagijo sang pemilik usaha, Selasa (4/9/2018).
![]() |
"Lama memang. Soalnya kuah bumbunya sengaja kami ungkep sampai mengering. Jadi benar-benar meresap ke nangka muda," jelas warga
Perumahan Wisma Indah, Jalan Nakulo Blok G 35 Kepanjenlor Kota Blitar ini.
Pasangan pensiunan BUMN ini memasak bersama. Mereka mengaku belajar memasak gudeg, saat ada gathering perusahaaannya ke Yogya. Saat itulah mereka mengunjungi gudeg Mbok Jum yang legendaris.
![]() |
Baca juga : Gudeg Bu Sudji : Menebus Kangen Gudeg Yogya di Pojokan Manggarai
Satu porsi gudeg Blitar berisi suwiran ayam opor, telur bacem, sambal goreng krecek, gudeg, ditambah sambal terasi dan mentimun. Pelanggan tinggal menelpon pemilik untuk dapat menikmati gudeg ini.
"Ya kami memang hanya melayani DO. Saya pernah buka warung, tapi persaingannya gak sehat. Sekarang dengan DO malah orderan dan omzet lebih banyak," ungkap bapak dengan tiga anak ini.
![]() |
Paket yang ditawarkan pun beragam. Nasi gudeg porsi sedikit seharga Rp 5000. Porsi sedang seharga Rp 10.000, sedangkan untuk porsi besek seharga Rp 15.000.
"Alhamdulillah kalau omzet bulan biasa seperti sekarang bisa Rp 500 ribu per hari. Kalau puasa atau akhir pekan itu bisa dua sampai tiga kali lipat permintaan untuk dikirim ke pelanggan," pungkasnya. (dvs/odi)