Kakao hanya tumbuh disekitar daerah khatulistiwa, 0 - 400 meter di atas permukaan laut. Sehingga tidak ada pohon kakao di Belgia atau Swiss.
Berbicara soal keragaman biji kakao Indonesia, Tissa Aunilla selaku Chocolatier sekaligus pemilik Pipiltin Cocoa mengatakan bahwa Indonesia menjadi penghasil kakao (bahan baku cokelat) terbesar ketiga dunia. Setelah Ghana dan Pantai Gading yang keduanya ada di Afrika.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Biji kakao terbaik bersumber dari petani di Tabanan Bali, Pidie Jaya Aceh, Glenmore Jawa Timur dan Tanazozo Flores," tutur Tissa.
Indonesia juga memiliki cokelat terlangka di dunia yaitu Criollo.
Ia juga menjelaskan bahwa setiap daerah memiliki cokelat dengan karakter rasa yang berbeda.
Tabanan Bali memiliki karakteristik rasa karamel, fruity, creamy, madu sedikit malt dan rasa cokelat yang intens.
![]() |
Sedangkan untuk Pidie Jaya, Aceh memiliki karakteristik rasa dengan sentuhan earthy, barley, nutty cashew plus sentuhan rasa kopi hingga rempah-rempah.
Glenmore, Jawa Timur menjadi salah satu cokelat yang disukai banyak orang. Bahkan coeklat asal daerah ini sudah banyak diimpor ke Swiss. Karakteristiknya earthy, aftertaste madu, fruity dengan sentuhan acidity.
Ada juga Tanazozo, Flores yang memiliki karakter rasa unik. Rasa cokelatnya intens dengan rasa cengkeh dan aftertaste kopi.
![]() |
"Rasa kompleks dari cokelat ini didapatkan dari proses fermentasi biji cocoa. Proses ini juga membuat rasa pahit cokelat lebih rendah dan meningkatkan volatil secara optimal," tutur Tissa.
Cokelat dari berbagai daerah Indonesia yang diproduksi oleh Pipiltin Cocoa merupakan hasil fermentasi penuh. Juga standar kualitas lainnya.
'Karenanya tak semua daerah bisa kami gunakan biji cokelatnya. Yang terbaru nanti dari Kalimantan dengan rasa yang juga unik,' ungkap Tissa yang juga telah berhasil memasarkan Pipiltin hingga ke negeri sakura.
(adr/odi)