Biji kopi pada dasarnya mengandung asam klorogenik (chlorogenic acid) yang dipercaya kaya akan antioksidan yang dapat menurunkan tekanan darah dan berat badan. Green coffee (kopi hijau) adalah biji kopi yang belum dipanggang atau disangai sehingga warnanya masih hijau.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jansen Ongko, MSc, RD selaku ahli gizi memberikan beberapa penelitian. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa asam klorogenik dalam kopi berperan memperlambat penyerapan gula dalam pencernaan. Asam klorogenik ini juga merangsang pembentukan GLP-1, zat kimia yang meningkatan insulin (hormon yang mengatur penyerapan gula ke dalam sel), sehingga orang yang mengonsumsi kopi lebih rendah berisiko terserang diabetes.
Sedangkan penelitian yang dipublikasi pada Journal of the American Medical Association tahun 2004 juga menyatakan bahwa mengonsumsi 1 gelas kopi setiap hari dapat meningkatkan sensitivitas insulin.
Selain itu, penelitian lain menemukan bahwa kandungan kafein, asam kafein, dan asam klorogenik pada kopi turut mencegah pembentukan racun HIAPP, serta melindungi sel pankreas pembentuk insulin. Hal ini lah yang menyebabkan konsumsi kopi secara rutin dapat membantu menurunkan risiko diabetes.
Dikutip dari WebMD, terdapat penelitian menggunakan green coffee, namun telah diekstrak dan dibentuk menjadi suplemen. Penelitian ini menunjukkan bahwa konsumsi suplemen green coffee dapat membantu menurunkan berat badan.
![]() |
"Penurunan berat badan diduga kandungan asam klorogenik pada green coffee yang memberikan efek penyerapan glukosa lebih rendah sehingga memicu terjadinya penurunan berat badan," jelas Jansen kepada detikFood (17/11).
Pada dasarnya kopi juga memberikan efek diuretik yang bisa sebabkan frekuensi buang air kecil meningkat. Jika hal ini terjadi saat konsumsi green coffee, disarankan untuk konsumsi cairan yang cukup.
"Karena dehidrasi akan menimbulkan efek lelah, mudah mengantuk, kulit kering, konstipasi, dan sakit kepala. Bahkan jika dibiarkan terus menerus, tubuh yang kekurangan cairan dapat menyebabkan dehidrasi berat yang memicu detak jantung semakin cepat, tekanan darah rendah hingga hilangnya kesadaran," pungkas Jansen. (msa/odi)