Hal tersebut terungkap dalam studi gabungan Universitas Saint Joseph dan Universitas San Diego di Amerika Serikat.
Studi yang dimuat dalam jurnal Consumer Marketing ini bertujuan mengetahui bagaimana foto makanan mempengaruhi kepuasan makan seseorang dengan menu pilihannya sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi ini menganalisis tiga penelitian yang melibatkan 120 partisipan. Hasilnya menunjukkan dengan memfoto makanan sebelum dimakan, maka penilaian rasa atas makanan tersebut akan meningkat. Namun makanan yang dimaksud adalah hidangan yang tampak menggiurkan, bukan makanan sehat.
Sebaliknya, berbagi foto makanan sehat justru tidak meningkatkan penilaian rasa makanan.
"Orang ingin melihat estetika visual dari makanan, terutama makanan yang menggiurkan. Namun ketika makan makanan sehat, terdapat sinyal pembeda bahwa orang tersebut tergabung dalam kelompok orang sehat," jelas Coary.
Seiring dengan tumbuhnya tren memfoto makanan atau food selfie ini, Coary berpendapat pegawai restoran perlu memahami pentingnya estetika makanan sekaligus menemukan cara kreatif mengemasnya.
"Cara ini dapat dimanfaatkan restoran sebagai iklan gratis yang baik bagi reputasinya," pungkasnya.
(adr/odi)