'Bau menyengat bukan berarti jengkol minim nutrisi,' demikian tutur Jansen Ongko, MSc, RD, ahli gizi, soal kandungan nutrisi jengkol saat dihubungi Detikfood (30/11).
Menurutnya, jengkol mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Kadar protein pada jengkol sebesar 23,3 gram per 100 gram.
Disamping itu, jengkol juga mengandung asam jengkolat (djenkolic acid) . Senyawa sejenis asam amino non protein ini mengandung sulfur. Kandungan sulfur pada asam jengkolat itulah yang membuat jengkol punya bau kurang sedap.
Terkait kandungan asam jengkolat pada jengkol, Jansen mengatakan ada pengaruh dari varietas dan usia biji jengkol.
"Biji jengkol tua mengandung lebih banyak asam jengkolat dibandingkan jengkol muda. Jumlah asam jengkolat pada biji jengkol tua adalah 1-2% dari beratnya," jelas Jansen.
Sementara itu, jengkol juga punya manfaat bagi kesehatan. Termasuk bagi penderita diabetes.
"Jengkol memberikan efek yang baik pada penderita diabetes karena dapat menurunkan kadar glukosa darah," lanjut Jansen.
Biji jengkol mengandung lectin yang bisa berfungsi sebagai antibakterial dan antijamur. Jengkol pun mampu berperan sebagai antioksidan.
"Hal ini dikarenakan jengkol mengandung senyawa polifenol berupa etanol dan 50% hidroetanol yang berfungsi sebagai anti-gastric. Jengkol efektif mengurangi perkembangan luka pada lambung," tambah pria yang memiliki situs gaya hidup sehat www.ask-jansen.com.
Tak ada takaran pasti berapa jumlah jengkol yang aman dikonsumsi. Selain itu, toleransi individu terhadap asam jengkolat juga berbeda-beda. Namun sebaiknya jengkol tidak dikonsumsi berlebihan.
Menurut Jansen akibat konsumsi jengkol berlebihan bisa memicu keracunan hingga gagal ginjal akut.
(lus/odi)