'Indonesian Food Festival' Digelar Selama Satu Bulan di Singapura

Laporan dari Singapura

'Indonesian Food Festival' Digelar Selama Satu Bulan di Singapura

Maya Safira - detikFood
Selasa, 20 Okt 2015 18:11 WIB
Foto: Detikfood
Jakarta - Indonesian Food Festival diselenggarakan selama satu bulan di Singapura. Kegiatan yang menampilkan 30 Ikon Kuliner Tradisional Indonesia ini bertujuan untuk meningkatkan popularitas daerah wisata Indonesia dan tradisi kulinernya.

Mulai tanggal 21 Oktober-14 November 2015, Kementerian Pariwisata mengadakan Indonesian Food Festival. Aneka hidangan tradisional khas Indonesia akan tersaji dalam menu santap malam di The Square Restaurant, Novotel Singapore Clarke Quay selama kegiatan berlangsung.

Chef Vindex Tengker yang sempat menjadi juri Master Chef Indonesia, menyiapkan menu untuk festival. Ia didampingi oleh Chef Idham Mirwan dan tim chef dari grup Accor Hotel Indonesia.



Dalam festival, pengunjung bisa menikmati beragam makanan Indonesia favorit. Seperti Asinan Jakarta, Soto Ayam Lamongan, Ayam Bumbu Rujak, Rendang, Nasi Tumpeng, Ikan Asam Padeh, Soto Betawi hingga Ayam Betutu. Tak hanya itu, pilihan jajanan pasar dan es segar juga tersedia. Ada Nagasari, Ketan Srikaya, Serabi, Klapertaart maupun Es Dawet Ayu Banjarnegara.

Untuk menikmati hidangan santap malam, harganya mulai dari S$58++ (Rp 572.200) untuk dewasa. Sedangkan anak-anak dikenai biaya S$40++ (Rp 394.600).

Sementara itu, pemilihan Singapura sebagai tempat berlangsungnya acara tak lepas dari cukup besarnya jumlah wisatawan Singapura ke Indonesia. Tiap tahun tren kunjungan wisatawan Singapura selalu naik.



​'Indonesian Food Festival' menjadi kesempatan yang baik untuk menyampaikan pada agen wisata Singapura dan kliennya bahwa Indonesia punya pariwisata kelas dunia dan tujuan wisata kuliner. Apalagi orang Singapura juga dikenal sebagai pencinta makanan, tambah Menurut Menteri Pariwisata Indonesia, Dr. Ir. Arief Yahya, M.Sc dalam konferensi pers (20/10).

Ia menambahkan bahwa kuliner memang telah menjadi bagian dari promosi pariwisata Indonesia. Sebab di bidang ini, kuliner masuk dalam produk budaya.

"Culinary dan shopping itu kontribusinya besar untuk pariwisata. Dan kuliner ini merupakan diplomasi paling halus sebenarnya untuk memasuki suatu negara," ujar Arief Yahya kepada Detikfood.



Pariwisata disebut bisa mendapat manfaat dari festival makanan seperti yang berlangsung di Singapura maupun keberadaan restoran-restoran. Arief Yahya memberi contoh kemajuan kuliner Korea dan Thailand.

"Itu strategi atau taktik yang cukup soft melalui budaya," tutupnya.




(tan/odi)

Hide Ads