Thailand Diskusikan Rencana Perluas Industri Makanan Halal Thailand di Pasar Dunia

Thailand Diskusikan Rencana Perluas Industri Makanan Halal Thailand di Pasar Dunia

Maya Safira - detikFood
Rabu, 27 Mei 2015 16:07 WIB
Ilustrasi: Getty Images
Jakarta - Muslim World Policies Conference 2015 di Bangkok mendiskusikan rencana untuk mengembangkan strategi produk halal Thailand lebih menembus pasar dunia. Diskusi dibahas dalam topik "Muslim World Connectivity: Myths and Facts".

Prof. Dr. Isra Santisart, Direktur Pusat Kebijakan Dunia Muslim, mengungkapkan bahwan pasar makanan halal Thailand telah ada. Namun ukurannya tak terlalu besar, bila dibandingkan dengan pertumbuhan negara pengekspor makanan halal lainnya seperti Indonesia dan Malaysia. Pangsa pasar Thailand di negara muslim Arab, Afrika dan Asia sebenarnya telah menyusut selama 12 tahun terakhir.

Dr. Isra mengungkapkan fakta dan angka yang menunjukkan produk halal tidak didukung di Thailand. Pertumbuhan pasar ekspor makanan halal Thailand di dunia justru terjadi karena peningkatan jumlah muslim sebesar 2% tiap tahun.

Diluar kualitas produksi makanan Thailand, produknya masih belum bisa bersaing dengan sukses di pasar dunia. Alasan utamanya karena Thailand dan mayoritas produsen makanan halal di negara ini bukanlah muslim. Sehingga perlu pengetahuan produksi makanan halal yang tepat.

Dalam rangka membangun kepercayaan akan produk makanan halal Thailand, pemerintah di sana perlu membuat aturan pengolahan makanan halal yang ketat. Tidak seperti sekarang, tambah Dr. Isra.

"Tiap restoran, hotel di Thailand yang menunjukkan sertifikat halal haruslah disertifikasi terlebih dahulu. Namun selama ini banyak restoran halal, banyak hotel yang non-muslim masih mengunakan logo halal sendiri tanpa sertifikat resmi," ucap Dr. Isra, seperti dilansir dari Pattaya Mail (27/05/2015).

Ketika konsumen muslim menyadari restoran tidak memproses makanan sesuai standar halal, akan menimbulkan persepsi negatif. Sekaligus menurunkan kepercayaan pada merek halal di negara tersebut.

Dr. Isra menyarankan produksi makanan halal seharusnya bergeser ke selatan atau bahkan ke Malaysia dan Indonesia untuk mendapat akses ke rute perdagangan yang lebih baik. Dalam usaha ekspor ke negara Arab dan Afrika, menggunakan pelabuhan di Malaysia dan Indonesia dibanding pelabuhan laut Leam Chabang yang dianggap bisa menghemat biaya sebesar 30-50%.

Menjadikan Malaysia dan Indonesia negara produksi juga karena kedua negara muslim ini bisa meningkatkan reliabilitas produk.

(msa/odi)

Hide Ads