Selama lebih dari tiga dasawarsa, para ahli mengamati lebih dari 1.500 ibu dan anak di Seychelles. Hasilnya menunjukkan bahwa memakan ikan sebanyak 12 hidangan per minggu tak menyebabkan cacat pada janin yang sedang berkembang.
Merkuri terdapat di lautan, baik secara alami maupun sebagai hasil konstruksi buatan manusia, misalnya pembangkit listrik tenaga uap. Senyawa dalam ikan seperti asam lemak tak jenuh ganda (PUFA) dapat melawan kerusakan di otak yang disebabkan merkuri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para ilmuwan meneliti jumlah terpaan merkuri pada ibu hamil lewat sampel rambut. Setelah para ibu melahirkan dan anak mereka berusia 20 bulan, peneliti melakukan serangkaian tes untuk mengukur kemampuan motorik dan komunikasi serta tingkah laku para balita. Peneliti menyimpulkan bahwa terpaan merkuri tak berhubungan dengan skor tes yang rendah.
Seperti dimuat di American Journal of Clinical Nutrition, peneliti juga mengetes keberadaan PUFA pada para ibu selama hamil. Mereka menyimpulkan bahwa anak-anak dari ibu yang memiliki asam lemak n3 (omega-3) tinggi dari ikan memiliki skor tes yang baik.
Asam lemak n3 memiliki sifat antiinflamasi, sedangkan asam lemak n6 (omega-6) yang terdapat dalam daging dan minyak diketahui memicu inflamasi. Menurut para peneliti, inflamasi adalah sarana merkuri dalam menyebabkan kerusakan. Karena itu, asam lemak yang bersifat antiinflamasi dapat memberi hasil yang menguntungkan.
"Temuan ini menunjukkan bahwa kemungkinan ada keseimbangan optimal antara sifat inflamasi berbeda pada asam lemak yang mendorong perkembangan janin. Mekanisme ini memerlukan penelitian lebih lanjut," kata penulis studi, Philip Davidson, PhD, seperti dilansir AFP (22/01/2015).
Seychelles adalah kepulauan yang terdiri dari 115 pulau di Samudra Hindia dekat Afrika Tenggara. Wilayah ini dipilih untuk studi karena penduduknya yang berjumlah 89.000 jiwa mengonsumsi ikan 10 kali lebih banyak daripada populasi di Amerika Serikat dan Eropa.
(fit/odi)