Kerikil dan rambut adalah benda asing yang sering ditemukan dalam makanan. Namun wanita di Jepang ini mendapati benda yang tak lazim dalam burger McDonald's yang ia makan, yakni tambalan gigi!
Seorang wanita yang tidak diungkap identitasnya mengatakan bahwa ia menemukan tiga pecahan kecil yang tampak seperti gigi dalam burger yang ia makan. Ia membelinya di McDonald's kota Kushiro September tahun lalu.
"Saya menggigitnya dan ada sesuatu yang berderak," kata wanita tersebut kepada jaringan televisi Asahi, Jumat (09/01/2015). Awalnya ia menyangka benda tersebut adalah pasir atau kerikil. "Saya tak habis pikir, benda tersebut bisa ada di dalam daging."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, McDonald's tak mengakui klaim si wanita bahwa pecahan tersebut berada di dalam burgernya. Yamamoto mengatakan bahwa kemungkinannya sangat kecil benda tersebut bisa masuk ke bahan mentah. Sebab, prosesnya sangat mekanis.
Tak ada seorangpun karyawan di gerai tersebut memiliki masalah gigi saat itu, kata Yamamoto. Si pelangganpun menyangkal bahwa pecahan tersebut berasal dari giginya.
Rabu sebelumnya (07/01/2015), McDonald's mengaku sebuah gigi manusia ditemukan dalam kentang goreng yang dijual di gerai di Osaka tahun lalu.
Selain itu, McDonald's Jepang juga pernah terkena insiden potongan vinyl ditemukan dalam nugget ayam serta pecahan kecil plastik keras di dalam sundae. Media Jepangpun melaporkan beberapa kasus kontaminasi lain, di antaranya sepotong logam dalam pancake.
Kasus-kasus tersebut diperparah dengan peristiwa pemalsuan daging oleh perusahaan Tiongkok yang menjadi pemasok McDonald's Jepang serta kekurangan impor kentang goreng akibat mogok kerja di Amerika Serikat.
Kesulitan ini memukul McDonald's. Unit Jepangnya melaporkan kerugian tahunan sebesar 17 miliar yen pada 2014. Sahamnya di Tokyo yang anjlok hampir 10% sejak Juli lalu, turun 1,07% ke 2.503 yen pada Jumat (10/01/2015).
Seperti ditulis AFP (10/12/2015), perusahaan mengatakan bahwa penjualan di bulan Desember anjlok 21,3% dari bulan yang sama tahun sebelumnya.
Jepang biasanya memiliki rekam jejak baik soal keamanan pangan. Pelanggannyapun terbiasa dengan standar tinggi. Kesalahan besar bisa sangat mencoreng reputasi. Perusahaan yang sudah tidak dipercaya pelanggan sudah merasakan bahwa dampaknya bisa panjang.
(fit/odi)