Masakan Minang terkenal akan penggunaan santannya yang royal, contohnya gulai. Namun, ada pula hidangan mirip gulai yang tak bersantan. Sajian yang tak kalah pedas dan berbumbu ini disebut asam padeh.
Dalam Bahasa Minangkabau, 'asam padeh' berarti 'asam pedas'. Namanya mencerminkan rasa hidangan berbahan ikan ini, yakni asam dari asam kandis dan pedas dari cabai. Warnanya merah-oranyenya berkat perpaduan cabai merah dan kunyit.
Meski tak bersantan, kuah asam padeh keruh karena menggunakan kemiri. Selain cabai merah, kunyit, dan kemiri, bumbu lain yang dihaluskan adalah bawang merah, bawang putih, lengkuas, dan jahe.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Asam padeh paling sering dipadukan dengan tongkol. Asam padeh tongkol Padangpun masuk ke dalam daftar 30 ikon kuliner tradisional Indonesia yang ditetapkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada 2012.
Ikan lain seperti kakap, tuna, kembung, dan gurami juga bisa digunakan. Selain ikan, cumi-cumi juga cocok dimasak menjadi asam padeh. Asam padeh banyak dijual di rumah makan Minang.
Selain di Sumatera Barat, masakan asam pedas semacam asam padeh juga populer di daerah dengan budaya Melayu kental seperti Riau, Jambi, dan Semenanjung Malaya. Di Riau, hidangan asam pedas biasanya menggunakan daging ikan patin, baung, selais, atau gabus.
Di Aceh, hidangan mirip asam padeh disebut asam keueng. Bedanya, asam keueng menggunakan asam sunti dan lebih banyak memakai kunyit, sehingga warnanya lebih kuning. (dni/odi)