Mitos ini sampai ke pihak Coca-Cola. Merekapun menjawab berbagai tuduhan tersebut lewat situs resminya seperti yang dihimpun Detikfood berikut:
Foto: Coca-Cola
|
1. Berbahaya mengonsumsi Coca-Cola dan Mentos berbarengan
Foto: Getty Images
|
Air mancur soda terjadi karena karbon dioksida dalam Coca-Cola memasuki permukaan Mentos yang berpori. Namun, hal ini tak akan terjadi jika permen dikunyah, karena permukaan permen yang diperlukan untuk pembentukan gelembung karbon dioksida jadi rusak.
Fenomena tersebut juga tidak akan terjadi jika permen ditelan utuh lalu Coca-Cola diteguk. Pasalnya, kadar karbon dioksida dan tekanan yang dihasilkan dalam botol dua liter lebih besar daripada yang dihasilkan di lambung.
"Bahan Coca-Cola dan perisa menthol sudah disetujui secara luas sebagai bahan pangan yang aman serta digunakan di seluruh dunia dalam berbagai makanan," tulis Coca-Cola.
1. Berbahaya mengonsumsi Coca-Cola dan Mentos berbarengan
Foto: Getty Images
|
Air mancur soda terjadi karena karbon dioksida dalam Coca-Cola memasuki permukaan Mentos yang berpori. Namun, hal ini tak akan terjadi jika permen dikunyah, karena permukaan permen yang diperlukan untuk pembentukan gelembung karbon dioksida jadi rusak.
Fenomena tersebut juga tidak akan terjadi jika permen ditelan utuh lalu Coca-Cola diteguk. Pasalnya, kadar karbon dioksida dan tekanan yang dihasilkan dalam botol dua liter lebih besar daripada yang dihasilkan di lambung.
"Bahan Coca-Cola dan perisa menthol sudah disetujui secara luas sebagai bahan pangan yang aman serta digunakan di seluruh dunia dalam berbagai makanan," tulis Coca-Cola.
2. Coca-Cola bisa jadi bahan pembersih
Foto: Getty Images
|
Coca-Cola mengaku bahwa produknya mengandung asam, layaknya beberapa makanan lain. Merekapun tak menutup kemungkinan bahwa produknya berefek membersihkan. Namun, Coca-Cola menganjurkan konsumen menggunakan produk yang khusus dirancang untuk membersihkan atau menghilangkan karat.
2. Coca-Cola bisa jadi bahan pembersih
Foto: Getty Images
|
Coca-Cola mengaku bahwa produknya mengandung asam, layaknya beberapa makanan lain. Merekapun tak menutup kemungkinan bahwa produknya berefek membersihkan. Namun, Coca-Cola menganjurkan konsumen menggunakan produk yang khusus dirancang untuk membersihkan atau menghilangkan karat.
3. Coca-Cola bisa melarutkan gigi
Foto: Getty Images
|
Asam memang bisa merusak gigi. Namun, menurut Coca-Cola, efek asam dari makanan dan minuman terhadap enamel gigi bisa diredam karena gigi kita selalu dibasahi air liur. "Lagipula, kita tidak menahan minuman ringan di mulut dalam waktu lama," tulis Coca-Cola.
3. Coca-Cola bisa melarutkan gigi
Foto: Getty Images
|
Asam memang bisa merusak gigi. Namun, menurut Coca-Cola, efek asam dari makanan dan minuman terhadap enamel gigi bisa diredam karena gigi kita selalu dibasahi air liur. "Lagipula, kita tidak menahan minuman ringan di mulut dalam waktu lama," tulis Coca-Cola.
4. Coca-Cola mendukung Amerika dan Israel
Foto: Getty Images
|
Perusahaan tersebut menjawab, Coca-Cola adalah perusahaan internasional. Bisnis Coca-Cola di setiap negara adalah bisnis lokal, mulai dari produksi, penjualan, sampai pendistribusiannya. "The Coca-Cola Company tidak bersifat politis dan tidak mendukung negara, pemerintah, politik, atau agama tertentu," tegas perusahaan ini.
4. Coca-Cola mendukung Amerika dan Israel
Foto: Getty Images
|
Perusahaan tersebut menjawab, Coca-Cola adalah perusahaan internasional. Bisnis Coca-Cola di setiap negara adalah bisnis lokal, mulai dari produksi, penjualan, sampai pendistribusiannya. "The Coca-Cola Company tidak bersifat politis dan tidak mendukung negara, pemerintah, politik, atau agama tertentu," tegas perusahaan ini.
5. Jika dibalik, logo Coca-Cola berbunyi 'La Muhammad, La Makkah'
Foto: Coca-Cola
|
Menurut Coca-Cola, merek dagang tersebut diciptakan pada 1886 di Atlanta, Georgia, ketika pengetahuan tentang Arab masih sedikit. Hal inipun dibahas di komite khusus yang melibatkan Kementerian Hubungan Islam di Arab Saudi pada akhir 1990-an. Mereka memutuskan bahwa tuduhan tersebut tak berdasar.
Pada Mei 2000, Syekh Nasr Farid Wassel sebagai Mufti Agung dari Al-Azhar juga menyatakan bahwa merek dagang ini tak melukai Islam maupun Islam secara langsung maupun tidak langsung.
5. Jika dibalik, logo Coca-Cola berbunyi 'La Muhammad, La Makkah'
Foto: Coca-Cola
|
Menurut Coca-Cola, merek dagang tersebut diciptakan pada 1886 di Atlanta, Georgia, ketika pengetahuan tentang Arab masih sedikit. Hal inipun dibahas di komite khusus yang melibatkan Kementerian Hubungan Islam di Arab Saudi pada akhir 1990-an. Mereka memutuskan bahwa tuduhan tersebut tak berdasar.
Pada Mei 2000, Syekh Nasr Farid Wassel sebagai Mufti Agung dari Al-Azhar juga menyatakan bahwa merek dagang ini tak melukai Islam maupun Islam secara langsung maupun tidak langsung.
Halaman 4 dari 12