Nantinya produk makanan dan minuman yang tidak sesuai dengan standar gizi terbaru tidak boleh diiklankan di area sekolah. Seperti diberitakan The Daily Meal (26/02/2014), Michelle juga mewajibkan perusahaan yang ingin memasarkan produk mereka di sekolah dasar agar menawarkan camilan atau minuman sesuai dengan standar gizi yang ditetapkan Healthy Hunger-Free Kids Act of 2010.
“Saya pikir kita semua sepakat bahwa area sekolah harus menjadi tempat yang sehat dimana siswa tidak dibombardir iklan junk food,” ujar Michelle. Ia juga mengatakan usulan aturan ini merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk menginspirasi perusahaan makanan agar memikirkan kembali cara mereka memasarkan produknya untuk anak-anak pada umumnya.
Margo Wootan selaku Direktur Kebijakan Nutrisi untuk Center for Science in the Public Interest mengungkapkan, perusahaan makanan telah menghabiskan sekitar 150 juta dollar per tahun untuk beriklan di sekolah. Namun dua per tiga dari sekolah tidak mendapat keuntungan apapun dari kegiatan beriklan ini.
Hanya setengah persen sekolah yang menerima keuntungan sekitar 50 ribu dollar per tahun dari para pengiklan. Menurut Wootan, keuntungan sebenarnya diraih oleh perusahaan makanan yang beriklan.
“Bagi para perusahaan makanan, langkah beriklan adalah upaya menanamkan loyalitas merek pada usia dini,” tutur Wootan.
Sejauh ini respon perusahaan makanan cukup positif. American Beverage Association mengatakan mereka telah mengurangi kandungan kalori dalam minuman sekolah hingga 90 persen. Pihaknya juga akan mengambil langkah lebih lanjut untuk mematuhi pedoman yang ditetapkan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA).
Proposal yang diajukan Michelle ini akan dibawa dalam tinjauan publik selama 60 hari ke depan. Sementara itu, USDA terus bekerja sama dengan perusahaan makanan dalam menyusun jadwal penerapan perubahan ini.
(odi/odi)