Salah satunya adalah Stevia.Dari namanya yang cantik, pemanis alternatif ini rasanya memang masih asing di telinga. Namun, Stevia ternyata sudah menjadi pemanis menu diet selama berabad-abad oleh bangsa Paraguay, Brazil, Korea dan China.
Akhir-akhir ini stevia menjadi populer dan digemari banyak orang. Penjualannya pun merambah ke seluruh pasar Amerika Serikat dan Eropa dalam banyak bentuk.Rasa manis Stevia 30 kali lipat besarnya dari manis gula biasa. Berarti, tak perlu menggunakan banyak Stevia dalam minuman atau makanan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kegunaan Stevia tak hanya sebatas untuk pemanis teh dan kopi saja. Setelah Sprite dan Nestea, Coca-cola juga ikut mengganti pemanisnya dengan Stevia. Bahkan kabarnya, permen, yogurt, dan anggur juga ikut mengganti pemanisnya dengan pemanis yang berasal dari daun ini.
Dibalik semua hal positif, pemanis ini ternyata sempat ditolak oleh Amerika Serikat. Pada tahun 1991, Food and Drug Administration menyebutkan bahwa mengonsumsi Stevia dapat memicu kanker. Tetapi akhirnya kabar tersebut disanggah oleh sebuah penelitian di tahun 1995. Stevia pun akhirnya didistribusikan ke seluruh Amerika sebagai suplemen, bukan pemanis.
Dari sekitar 100 jenis Stevia, Stevia Rebaudina adalah jenis yang manisnya tidak menyisakan rasa pahit yang tertinggal di mulut. Sekarang semua bentuk makanan menggunakan jenis ini. Pada tahun 2008, Stevia kembali mendapat tuduhan bahwa pemanis ini dapat menyebabkan kanker. Penelitian ini adalah riset dari University of California (UCLA).
Menariknya, lebih dari 40 tahun yang lalu, Jepang melarang habis-habisan penggunaan pemanis buatan yang ada dalam produk konsumen. Jepang pun melakukan lebih dari 40.000 penelitian untuk mengadakan uji klinis pada Stevia.
Hasilnya menjadikan Stevia sebagai satu-satunya pemanis yang boleh digunakan di Jepang. Sayangnya, sampai sekarang belum ada studi yang menyatakan dampak jangka panjang penggunaan Stevia.
(dni/odi)