Restoran Raja Melayu, Bandung

Restoran Raja Melayu, Bandung

- detikFood
Selasa, 07 Agu 2007 14:03 WIB
Jakarta -
Nama : R.ZainuddinEmail : rzain@indosat.net.idAlamat : JakartaIngin bersantap bagai Raja Melayu? ke Restoran Raja Melayu saja! Aneka hidangan dari tanah melayu, mulai dari gulai kepala ikan, pindang ikan patin, hingga berbagai minuman melayu tersedia di restoran ini. Pilihan ragam makanan dan pelayanannya yang ramah, dijamin membuat Anda makan terus dan terus...hmm nikmat!! Kami yang kebetulan berada di Bandung pada tanggal 29 Mei, tertarik mengunjungi Restoran Raja Melayu yang baru dibuka di Jl. Citarum. Beruntunglah kami datang sebelum jam 12.00, karena beberapa menit kemudian pengunjung membeludak. Bahkan kursi tunggu yang tersedia semua penuh, sehingga beberapa orang terpaksa menuggu di tempat kosong sambil berdiri. Agak susah bagi saya yang cacat memasuki restoran ini, sebab entah mengapa teras elevasinya agak tinggi. Padahal untuk mencapai ruang duduk di restoran yang rata dengan jalan atau tempat parkir kita harus turun tangga lagi. Tetapi semua kesukaran segera hilang menatap dekorasi restoran yang tertata indah meskipun gayanya minimalis. Mudah-mudahan bukan karena baru, toilet pun sangat terpelihara karena terlihat petugas cleaning service terus-menerus membersihkan lantai, wastafel dll.Begitu masuk kami diminta memilih kursi yang kosong lalu diajak memilih makanan yang tersedia prasmanan. Kami tinggal menunjuk dan mereka mencatat pesanan yang akan kemudian dibawa ke meja kami. Di sini tersedia aneka masakan dari Lampung sampai Aceh bahkan menyeberang ke Tanah Melayu: gulai kepala ikan Aceh, mi kocok Medan, cumi bumbu satai, gulai daun singkong; Jambi: puturan, buhur, rusip; Riau: gulai lada hitam, nasi kunyit, gulai rampai; Sumatra Selatan: pindang ikan patin, paru masak hijau, pale tempoya; Melayu Deli: kangkung belacan: laksa Penang. Tak hanya makanan, berbagai minuman khas Melayu juga tersedia. Di antaranya adalah tape ketan float, Melayu colada, liang tea, teh/kopi tarik, dan es rayuan Palembang, rujak Aceh yang disajikan di gelas kecil, gratis. Ragam masakan itu belum sebanyak 250 macam seperti yang diberitakan, tetapi kemungkinan ada sekitar 50 macam.Saya berdua dengan istri memilih udang goreng lengkuas, rusip patin dari Jambi, Nanas berbumbu yang dimakan dengan nasi yang menurut pelayan asal Aceh, itu makanan khas di kampungnya, gulai kepala Ikan dari Aceh, dan sate udang. Lalu isteri saya juga memilih tumis genjer yang menurut saya merupakan masakan Jawa bukan Melayu. Untuk minuman istri saya memilih minuman jus stawberry yang juga bukan khas Melayu sebab dipopulerkan di Bandung, kalau saya memilih teh tarik. Sayang, saya tidak melihat mereka menarik teh karena tempat duduk saya yang agak jauh. Seperti biasa makanannya berupa prasmanan, banyak yang terhidang dingin yang seharusnya dimakan panas-panas. Tetapi jangan khawatir bila minta dalam keadaan hangat, makanan akan dimasukkan ke microwave sebelum dihidangkan di meja. Sedangkan kobokan tidak disediakan kecuali diminta, sebab makanan Melayu ini enaknya dimakan dengan tangan. Kalau berkunjung ke sini lebih baik dengan perut sangat kosong agar lebih banyak makanan Melayu yang dapat dicoba kalau perlu sampai 50 macam. Berdua kami menghabiskan Rp 180.000,00, harga yang reasonable untuk makanan yang kami santap. Apalagi kami tidak perlu bersantap malam lagi karena perut terasa masih penuh. Saya pun akhirnya bermimpi jadi Raja Melayu yang dikelilingi oleh dayang-dayang. Mungkin karena terobsesi pakaian pelayan baik lelaki dan perempuan yang semuanya berpakaian Melayu ini. (dev/Odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads