Bubur Ayam Rp 95.000 Vs Rp 15.000, Enak yang Mana?

Bubur Ayam Rp 95.000 Vs Rp 15.000, Enak yang Mana?

Riska Fitria - detikFood
Jumat, 17 Feb 2023 17:00 WIB
Review battle bubur ayam
Foto: detikcom/Riska Fitria
Jakarta -

Umumnya bubur ayam di gerobak kaki lima dibanderol seharga Rp 15.000. Namun ada juga yang bubur ayam seharga Rp 95.000. Mana yang lebih enak?

Bubur ayam identik sebagai menu sarapan. Bubur tersebut disajikan dengan aneka topping mulai dari ayam suwir, cakwe, seledri, kacang kedelai hingga kerupuk.

Sebenarnya ada banyak varian bubur ayam khas daerah, yakni Cirebon, Cianjur dan Sukabumi. Bubur ayam gaya Cirebon inilah yang banyak ditemukan di penjual kaki lima.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ciri khas bubur ayam Cirebon ini disajikan dengan kuah kaldu berwarna kuning. Rata-rata seporsinya dibanderol seharga Rp 10.000-Rp 15.000. Tak hanya ditawarkan di gerobak kaki lima, bubur ayam gaya Cirebon ini juga ada yang ditawarkan di restoran mewah.

Tentu harga yang ditawarkan pun lebih mahal. Seperti yang ditawarkan oleh restoran bernama Demo Jakarta. Resto dan bar tersebut membanderol seporsi bubur ayam seharga Rp 95.000.

ADVERTISEMENT

DetikFood pun penasaran untuk membandingkan antara bubur ayam mahal dan bubur ayam murah. Kami membeli bubur ayam di Demo Jakarta dengan harga Rp 95.000.

Kemudian kami bandingkan dengan Bubur Ayam Landmark dengan harga Rp 15.000. Selain itu kami juga membandingkan dengan bubur ayam seharga Rp 25.000 dari Bubur Ayam Monas.

Dari ketiganya, mana bubur ayam yang lebih enak?

1. Penyajian

Review battle bubur ayamBubur ayam di Demo Jakarta. Foto: detikcom/Riska Fitria

Untuk penyajian, tentu bubur ayam dari Demo Jakarta memiliki tampilan yang mewah. Bubur ayam lengkap dengan topping disajikan dalam mangkuk dengan material granit.

Bubur ayam tersebut disajikan terpisah dengan kuah kaldu kuning, sambal dan kecap yang masing-masing disajikan di wadah mungil.

Kemudian, bubur ayam dan aneka saus itu disajikan lagi di atas piring besar. Nah, di piring besar itulah disajikan pula kerupuk.

Berbeda dengan bubur seharga Rp 25.000 dari Bubur Ayam Monas yang disajikan menggunakan mangkuk biasa. Untuk kerupuknya juga disajikan di wadah yang berbeda.

Penyajian Bubur Ayam Landmark seharga Rp 15.000 jauh lebih sederhana. Buburnya disajikan menggunakan kertas nasi berwarna cokelat.

2. Topping

Review battle bubur ayamBubur Ayam Landmark. Foto: detikcom/Riska Fitria

Untuk topping-nya, Bubur Ayam Landmark jauh lebih royal.Toppingnya menggunung, mulai dari ayam suwir,cakwe, kacang kedelai goreng dan kerupuk. Untukkerupuknya disajikan dua macam, yakni emping dan kerupuk kanji oranye.

Dengan harga Rp 15.000 kamu tidak mendapatkan menu pelengkap seperti ati ampela, meski kamu bisa menambahkannya. Kemudian Bubur Ayam Monas memiliki topping yang agak berbeda dari bubur gaya Cirebon lainnya.

Seporsi buburnya disajikan tanpa ayam suwir. Toppingnya berupa cakwe yang dibuat homemade, soun goreng, lobak manis, daun bawang, seledri dan kerupuk oranye.

Untuk bubur ayam dari restoran Demo Jakarta disajikan dengan topping daging ayam yang dipotong biasa bukandisuwir. Kemudian adacakwe, kacang kedelai goreng, telur puyuh, sate ati ampela dan kerupuk bawang warna-warni.

3. Tekstur

Review battle bubur ayamBubur Ayam Monas. Foto: detikcom/Riska Fitria

Dari ketiga bubur ayam tersebut memiliki tekstur yang berbeda-beda. Bubur ayam dari restoran Demo Jakarta memiliki tekstur yang padat dan masih terlihat bulir-bulir nasi.

Begitu juga dengan Bubur Ayam Landmark, tetapi bubur ayam di sini lebih halus. Maksudnya tidak terlihat bulir-bulir kasar dari nasinya. Berbeda dengan Bubur Ayam Monas.

Bubur ayam tersebut memiliki tekstur yang lebih encer dari bubur ayam yang kebanyakan ditemui. Selain itu, juga masih terlihat bulir-bulir nasinya.

4. Cita Rasa

Review battle bubur ayamBubur ayam di Demo Jakarta. Foto: detikcom/Riska Fitria

Menurut kami, Bubur Ayam Monas memiliki aroma yang tercium sedap. Selain itu, tanpa dicampur kuah kaldu kuningbuburnya sudah terasa gurih. Bahkan tanpa harus diaduk, rasanya pun sudah tercampurgurihnya.

Tambahan lobak manis dan soun gorengnya pun memberikan warna tersendiri. Apalagi saat dicampur dengan sate ati ampela yang empuk dan gurih.

Untuk bubur ayam dari restoran Demo Jakarta, sebelum dituangkan kuah kuning, buburnya kurang terasa gurih. Namun ketika, kuah kaldunya dicampur baru terasa gurihnya.

Menurut kami, menikmati bubur di sini harus dicampur setiap kondimennya untuk mendapatkan rasa gurih dan sedap yang merata. Sambalnya terasa pedas saja, tanpa ada rasa gurih.

Sementara untuk Bubur Ayam Landmark, mungkin karena diberikan kuah kaldu dan kecap yang terbilang royal sehingga rasanya pun gurih meski tanpa harus diaduk.

5. Mana Yang Lebih Enak?

Review battle bubur ayamBubur Ayam Monas. Foto: detikcom/Riska Fitria

Dari ketiga bubur ayam tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Bubur Ayam Landmark yang harganya terjangkau punya rasa yang lebih sedap.

Untuk sekelas bubur ayam gerobak, ini terbilang enak. Namun, untuk penyajiannya yang menggunakan kertas nasi menurut kami agak sedikit menyulitkan.

Sementara itu, Bubur Ayam Monas rasanya juga gurih meski tanpa harus dicampur. Namun karena tidak ada ayam suwir menurut kami agak kurang, karena biasanya ayam menjadi lauk utama.

Untuk bubur ayam dari Demo Jakarta memiliki penyajian yang sangat mewah dan cantik. Rasanya pun termasuk enak. Yang disayangkan sambalnya yang kurang sedap karena hanya terasa pedasnya saja.




(raf/odi)

Hide Ads