Kangen Lezatnya Mi Kodon

Kangen Lezatnya Mi Kodon

- detikFood
Selasa, 20 Okt 2009 13:49 WIB
Jakarta - Nama: Kania kurniasari
Email: kania.kurniasari@xxx.com

Mi yang satu ini memang salah satu favorit warga Lampung. Keistimewaannya adalah minya besar-besar dan dimasak bersama irisan kol, sawi, suiran ayam kampung, dan udang ebi. Racikan bumbunya yang manis gurih membuatnya selalu disukai dan bikin kangen. Coba yuk!

Pada suatu minggu pagi di bulan Ramadhan, saya asik membaca sebuah tabloid mingguan. Secara tidak sengaja mata tertumbuk satu artikel yang membahas kuliner wajib coba apabila berkunjung ke Lampung. Tema yang sedang dibahas adalah ikan bakar, tapi ingatan saya malah melayang ke masa-masa saat suami masih berkantor di kota Bandar Lampung.

Apabila ada acara kantor yang mewajibkan para istri datang maka datanglah saya dari Jakarta menumpang kapal ferry. Nah, bila acara telah selesai ini dia yang ditunggu-tunggu. Ada satu tempat kuliner wajib kunjung buat saya karena rasanya yang ngangenin banget yakni mi Kodon.

Rupanya mi Kodon sudah dikenal masyarakat Bandar Lampung sejak lama, yakni sejak sekitar awal tahun 2000-an. Waktu yang yang tepat buat berkunjung ke sini adalah jam 4 sore, karena memang baru buka. Tetapi jangan terlambat, karena mi ini akan segera habis di waktu magrib sebab diserbu para penggemarnya. Lokasinya ada di Jl. Ikan tenggiri, Teluk Betung tepatnya di depan taman Dipangga, di seberang Polda Lampung.

Tempatnya sih sederhana banget berupa gerobak mi dipinggir jalan dan tempat makannya pun dibawah tenda terpal. Tapi tempat makan tersebut tidak bisa menampung para penggunjung yang datang, sehingga banyak antrian mobil parkir baik didepannya maupun diseberang jalan.

Sama seperti kami ini yang selalu kebagian parkir di seberang jalan raya. Cara pesannya cukup buka jendela mobil dan bilang sama tukang parkirnya mau pesan mi, maka tak lama asisten tukang mi datang menanyakan pesanan. Menu yang ditawarkan hanya dua yaitu mi goreng dan mi rebus. Mi goreng tampil berwarna coklat dengan balutan kecap sehingga rasanya cenderung manis gurih, sedangkan mi rebus berwarna putih tanpa kecap sehingga terasa segar dan rasanya cenderung gurih asin.

Kami berdua selalu memesan seporsi mi goreng dan mi rebus. Sambil menunggu pesanan datang harus agak sabar menanti karena yang beli antri. Biasanya sih saya membaca koran sore yang banyak ditawarkan tukang koran keliling.

Nah, itu dia mas nya datang sambil membawa dua piring pesanan kami yang terpaksa ditutupi kertas coklat karena harus menyebrangi jalan. Mi Kodon adalah mirip dengan mi tek-tek kalau di Jakarta atau mirip mi Jogja kalo di Jawa. Keistimewaannya adalah bentuk mi yang gemuk-gemuk, lebih besar dari biasanya yang dimasak bersama suwiran ayam kampung, udang ebi, irisan kol, sawi serta racikan bumbunya itu loh meresap banget, pas gurih asin manisnya.

Taburan ebi yang tidak pelit membuat rasa ebi menonjol, tapi tidak amis malah menimbulkan rasa gurih mengelus lidah. Minya pun kenyal dan lembut hmm... enaknya. Sampai sekarang saya belum pernah menemukan sajian serupa di Jakarta, jadi wajar aja kalau mi yang satu ini ngangenin.

Tak lama mi pun telah habis kami santap dan kami cukup membayar Rp 8.000,00 untuk seporsi mi. Rasa yang enak tak perlu selalu mahal kan? Setelah perut kenyang biasanya kami jalan-jalan sebentar menghirup udara sore di kota Lampung yang kecil, sambil menunggu azan Maghrib. Ah indahnya memori ini!

Mi Kadon
Jl. Ikan Tenggiri
(dekat bundaran patung gajah)
Teluk Betung
Bandar Lampung


(dev/Odi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads