Hati-hati, 'Emotional Eating' Pada Anak Bisa Sebabkan Anoreksia dan Obesitas

Hati-hati, 'Emotional Eating' Pada Anak Bisa Sebabkan Anoreksia dan Obesitas

Lusiana Mustinda - detikFood
Sabtu, 23 Jun 2018 10:45 WIB
Foto: iStock
Jakarta - Emotional eating atau makan secara emosional berdampak pada kesehatan anak. Hal ini perlu dicegah dengan mempelajari perilaku anak. Ini kata para ahli.

Mungkin Anda berpikir bahwa seseorang bisa saja dilahirkan dengan kecenderungan untuk memilih makanan enak saat stres. Akan tetapi penelitian terbaru menunjukkan bahwa makan secara emosional adalah perilaku yang bisa dipelajari.

Para peneliti dari University College London (UCL) telah menemukan bahwa penyebab utama dari makan secara emosional adalah lingkungan rumah. Misalnya saja, orang tua sering memberikan si kecil makanan untuk membuat mereka nyaman dan merasa lebih baik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Agar Anak Tak Alami Kegemukan, Terapkan 6 Cara Ini

Dr. Moritz Herle, selaku pemimpin penelitian dari UCL Great Ormond Street Institute of Child Health mengatakan bahwa,"Mengalami stres dan emosi negatif dapat memiliki efek yang berbeda pada selera makan untuk tiap orang."

Hati-hati, 'Emotional Eating' Pada Anak Bisa Sebabkan Anoreksia dan ObesitasFoto: iStock

Herle pun menambahkan, beberapa orang menginginkan camilan favorit mereka. Sementara yang lain kehilangan nafsu makan saat alami stres atau sedih. "Penelitian ini mendukung temuan kami sebelumnya yang menunjukkan bahwa emosi berlebihan atau kurang terhadap makanan sebagian besar dipengaruhi oleh faktor lingkungan," jelasnya.

Studi ini mengamati sebanyak 398 bayi kembar berusia empat tahun, setengahnya berasal dari keluarga dengan orang tua gemuk dan setengahnya dengan orang tua berbobot ideal. Orang tua melaporkan kebiasaan makan dan kecenderungan anak-anak mereka untuk makan secara emosional.

Para peneliti kemudian membandingkan data antara kembar identik dan tidak identik. Lalu menemukan bahwa ada sangat sedikit perbedaan dalam tingkat emosional makan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan berpengaruh besar dibandingkan genetik terhadap perilaku mereka.

Ini tidak mengherankan ketika banyak orang tua yang sering memberi 'penghargaan' kepada anak-anak dengan camilan kesukaannya. Makanan favorit si kecil yang biasa diberikan adalah makanan cepat saji hingga cokelat. Ketika si kecil merasa sedih atau marah, orang tua pun kemudian memberikan makanan manis, termasuk es krim.

Hati-hati, 'Emotional Eating' Pada Anak Bisa Sebabkan Anoreksia dan ObesitasFoto: iStock

Karenanya tidak mengherankan jika perilaku itu berlanjut ke kehidupan di masa mendatang. Para ilmuwan pun menyebut jika perilaku ini terus berlanjut maka bisa berpotensi berkembang menjadi gangguan makan seperti anoreksia atau obesitas.

"Belum jelas tentang bagaimana konsekuensi kesehatan fisik dan mental dari makan secara emosional di masa anak-anak. Karena studi yang meneliti anak-anak dalam waktu yang lama (bertahun-tahun) belum dilakukan," kata Dr Clare Llewellyn, UCL Institute of Epidemiology & Health, peneliti senior dalam Metro (20/06).

Ia juga berkata,"Memahami bagaimana kecenderungan ini berkembang sangatlah penting, karena dapat membantu peneliti untuk memberikan saran tentang cara mencegah atau mengubahnya dan dimana harus memfokuskan penelitian lebih lanjut dimasa depan."

Baca juga: Kalau Lagi Sedih dan Galau Mengapa Orang Cenderung Makan Lebih Banyak?

(adr/odi)

Hide Ads