Soto Sadang Asli: Soto Bening Legendaris Asli Purwakarta di Tepi Rel KA

Festival Steak Maranggi

Soto Sadang Asli: Soto Bening Legendaris Asli Purwakarta di Tepi Rel KA

Odilia Winneke Setiawati - detikFood
Jumat, 04 Des 2015 11:00 WIB
Foto: detikfood
Jakarta -

Soto berupa kaldu bening dengan isian suwiran daging ayam atau sapi ini enak dihirup hangat. Bisa jadi penyegar sekaligus pengisi perut saat dalam perjalanan.

Kawasan Sadang Purwakarta dikenal sebagai daerah industri sekaligus perlintasan dari dan ke daerah Jawa Barat lainnya. Di musim mudik, kawasan ini dipadati kendaraan dan nyaris tak pernah sepi.

Di masa itulah Pak Karta dan keluarga yang membuka warung Soto Sadang Asli pertama kali selalu dibanjiri pembeli. Letak rumah makannya ada di jalan sisi jembatan Jalan Veteran. Tepat di pinggir rel kereta api.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di tahun 1970 an Soto Sadang Asli hanya berupa warung kecil yang dibuka pak Karta untuk menambah pemasukan keluarga. Maklum saja anaknya 14 orang, sementara sebagai pegawai KAI tentu gajinya tak mencukupi.

Racikan awal yang dibuat bu Karta adalah soto mie. Semata-mata sambilan untuk memenuhi kebutuhan sekaligus melayani pegawai KAI.



’Semuanya dimasak oleh ibu sendiri. Warung kecil kamipun lama kelamaan tak cukup menampung pembeli,’ demikian cerita Wawan, salah satu anak pak Karta yang meneruskan rumah makan itu pada detikfood (2/12) di Sadang.

Rumah makan ini kini menempati area yang lebih luas di samping rumah dinas KAI yang ditinggali Wawan dan keluarga. Tepat bersisian dengan rel KA.

Tampilannya sederhana. Meja dan kursi kayu sederhana ditempatkan tersebar mengelilingi ruangan. Tak ada pelengkap lain yang dijual kecuali kerupuk kanji dalam satu kantong plastik berisi 5 kerupuk.

Menunya terdiri dari dua jenis. Soto dengan kuah bening dan soto dengan kuah santan. Isiannya bisa dipilih ayam, daging, babat, kaki atau campuran di antaranya. Harganya juga sama Rp. 30.000 semangkuk.

‘Soto santan itu kreasi ibu saya yang berasal dari Bogor. Ia ingin membuat soto berkuah santan tetapi tidak mau persis sama dengan soto kuning Bogor,’ cerita Wawan.



Soto Daging Bening disajikan dengan mangkuk cekung dengan hiasan warna biru yang jadi ciri khas. Kuahnya bening, jernih dengan taburan bawang merah goreng, irisan daun bawang dan emping menutupi permukaannya.

Rasanya gurih pekat kaldu. Beningnya kaldu menandakan dagingnya direbus dengan api kecil dalam waktu lama. Sedangkan Soto Daging Santan, berkuah kuning pucat dengan rasa gurih yang kuat. Jika tak disantap dengan nasi rasanya terlalu gurih.

Untuk soto ayam bening hampir sama. Kuahnya bening, dengan isian suwiran ayam yang sudah digoreng. Diberi taburan bawang merah goreng, daun bawang iris dan emping goreng.

Memang soto santan yang berwarna kuning pucat tidak seperti soto kuning Bogor. Lebih ringan bumbunya. ‘Untuk menyiapkan kaldunya semua bumbu rempah diikat jadi satu dan direbus terus sampai meresap,’ demikian tutur Wawan.



Selain soto, menu lain yang tersedia hanya ayam goreng, tahu dan tempe goreng saja. Pelengkap soto ini selain taburan emping goreng juga ada acar mentimun dan sambal rawit.

Acar mentimunnya warnanya hijau cerah dan dicampur dengan bawang merah utuh dan cabai rawit hijau. Rasanya renyah segar dengan rasa asam tak berlebih. Tampilan acar ini segar menarik. Kedua pelengkap ini bersama jeruk limau sedikit mengingatkan pada pelengkap soto Betawi.



Ternyata acar dan sambal rawit serta jeruk limau ini setelah ditambahkan pada soto berkuah santan, rasanya makin enak. Sedikit berempah gurih tanpa aroma kapulaga dibandingkan dengan soto Betawi.

Sambil menghirup kuah soto yang hangat ringan kamipun bisa mendengar deru kereta api yang melintas. Suara derit relnya mengingatkan kami pada stasiun kereta api.

Dalam perkembangannya, saudara Wawan pun membuka rumah makan yang sama tak jauh dari lokasinya. Juga di Jalan Veteran.

‘Kami juga melanjutkan resep dari orangtua. Masing-masing cari rejeki sendiri. Buat saya bukan persaingan. Karena setiap konsumen punya selera,’ tutup Wawan.

Karena letaknya lebih startegis, buat pengunjung yang belum pernah atau jarang ke Purwakarta tentu lebih mudah menemukan rumah makan tersebut. Daripada rumah makan Wawan yang terselip di jalan sisi jembatan.

Soto Sadang Asli
Jalan Veteran, Jembatan Layang Sadang
Purwakarta





(odi/odi)

Hide Ads