Semangkuk tongseng gurih hangat bisa memberi tambahan semangat di siang hari. Tempat ini bisa jadi tujuan menikmati tongseng kambing khas Solo. Santap siang makin lengkap dengan sate kambing berbalur kecap manis. Sedep!
Sudah beberapa teman merekomendasikan tongseng dan gule di seberang danau Cinere. Penasaran, kami pun mengunjunginya untuk makan siang. Di depan warung mungil ini terdapat spanduk kuning bertuliskan Warung Sate Solo "Pak Agus." Menunya tertera pada spanduk.
Masuk ke dalam, kami langsung menuju dapur terbuka yang bersebelahan dengan tempat makan. Di sana ada ibu pemilik warung yang sedang membakar sate. Ibu itu menyebutkan daftar makanan yang ditawarkan. Gule kambing, gule ayam, tongseng ayam, tongseng tulang, tongseng jeroan, dan sate ayam termasuk diantaranya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena proses pembuatan pesanan hanya dilakukan dua orang, maka perlu menunggu 15 menit. Tongseng kambing (Rp 18.000) dapat dipilih tingkat kepedasannya. Saat sajian ini datang, tercium aroma gule yang wangi menggoda selera.
Menurut pemiliknya, tongseng menggunakan kuah yang sama dengan gule. Hanya saja ditambah irisan kol dan potongan tomat hijau. Ketika kami mengaduk kuah, tampak pula irisan bawang putih, bawang merah dan campuran daging kambing beserta tetelan yang cukup royal.
Kami pun segera mencoba tongseng mumpung masih panas. Kuahnya medhok karena penggunaan rempah dominan. Terjejak rasa ketumbar, kunyit, dan jintan dalam kuah berwarna cokelat pekat kekuningan tersebut. Semburat rasa manis dari kecap juga tercecap di lidah kami. Adanya pemakaian lada membuat kuah lama-kelamaan terasa panas di tenggorokan.
Daging kambingnya sendiri sangat empuk. Tak ada bau prengus khas kambing tertinggal dalam campuran daging dan tetelan dalam kuah. Tongseng bercitarasa gurih ini makin nikmat disantap dengan sepiring nasi panas bertabur bawang goreng.
Menu lain yang kami coba adalah setengah porsi sate kambing (Rp 18.000). Seporsinya berisi 10 tusuk (Rp 35.000), namun kami hanya memesan 5 tusuk saja. Sate kambing disajikan bersama potongan bawang merah, irisan tomat, cabai rawit hijau, kol dan jeruk limau yang dibelah dua. Guyuran bumbu kecap hitam pekat dan taburan lada bubuk menutupi permukaan sate. Ciri khas sate kambing Solo tampak terlihat dari penyajian ini.
Saat sate dicoba, daging bakarannya matang sampai ke dalam karena potongannya tak terlalu besar. Rasa manis bumbu juga meresap ke dagingnya. Namun sayangnya sate ini keempukannya tak merata. Ada potongan yang agak empuk, ada yang kurang empuk.
Warung Pak Agus tampaknya memang sudah banyak memiliki langganan. Pengunjung yang datang, kerap kali menyebut menu pesanannya “seperti biasa” pada ibu penjual. Tak hanya untuk makan di tempat, warung yang sudah lama berdiri ini juga menerima pesanan ke rumah. Termasuk untuk acara aqiqah. Kangen tongseng atau sate khas Solo? Monggo mampir!
Warung Sate Solo “Pak Agus”
Jl. Ulin Raya No.11
Komp. TNI AL Pangkalan Jati (depan danau)
Cinere, Depok
Jam buka: 08.00-21.00
(dni/odi)