Di Megaria alias Metropole XXI tidak hanya ada ayam bakar dan es teler yang termasyhur. Di samping bioskop juga ada kios pempek yang konon sudah berdiri sejak 1949! Banyak yang bilang pempek tersebut enak. Karenanya saya buktikan.
Saya mampir ke sebuah kedai bertuliskan 'Pempek Palembang Megaria' dengan latar belakang kuning. Bangunannya yang terkesan jadoel terletak di sebelah Metropole XXI sehingga tak sulit mencarinya. Dari jendelanya yang berteralis kotak-kotak, terlihat tumpukan pempek mentah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti umumnya warung pempek, ada pilihan kapal selam, lenjer, lenggang goreng, tekwan, adaan/bulat, model, keriting, gepeng/kulit, dan tahu. Ada pula versi mini dari pempek kapal selam dan lenjer. Selain itu, warung pempek ini juga menyediakan rujak mie/mie tahu dan beberapa paket pempek.
Berhubung kursinya penuh diduduki, saya pesan pempek kapal selam dan lenjer besar dibungkus. Rupanya pelayan tidak menyodorkan menu, melainkan piring berisi berbagai jenis pempek yang dijual di sini, dibungkus dengan plastic wrap. Jadi, pengunjung tidak perlu bertanya lagi bentuk pempeknya seperti apa. Tinggal tunjuk, pelayan akan mencatatkan pesanan Anda. Praktis ya?
Setelah jadi, pelayan akan menyajikan pempek yang sudah digoreng di dalam piring. Kuah cukonya bisa dituang sendiri dari botol yang tersedia di meja. Kalau kurang pedas, tinggal tambahkan sambal.
Ternyata pesanan saya sudah jadi. Pelayan berseragam merah menyodorkan bungkusan plastik isi pempek, kuah cuko, dan sambal hijau. Saya cukup mengeluarkan uang Rp 24.000 untuk dua pempek ini.
Rasanya tak sabar mencicipi pempek legendaris ini. Ternyata ukurannya pempeknya cukup besar. Di atasnya diberi bubuk ebi. Sayapun menuangkan cuko dan potongan mentimun di atasnya.
Hmmm... Bagian luar pempeknya terasa agak renyah garing, sementara bagian dalamnya lembut dan gurih. Apalagi pempek kapal selam yang di dalamnya terdapat telur. Ikan tenggirinya cukup terasa kuat. Konon, rasa gurihnya didapat dari campuran santan.
Kuahnya agak kental, tidak asam, namun kurang pedas. Tampaknya si pembuat tidak memasukkan asam Jawa atau cuka ke dalam kuah. Saat ditambahkan sambal yang terbuat dari cuka dan cabai rawit hijau, barulah terasa pedas, asam, dan segar.
Kelezatan pempek ini berasal dari pemilihan bahan berkualitas. Harganya pun wajar, mulai dari Rp 3.000-12.000. Tak heran jika kedai ini selalu ramai sejak dulu.
Meski resepnya tak berubah, menu di sini berkembang. Sekarang ada pindang patin yang tentunya juga patut dicoba. Si pemilik juga memperluas kiosnya sehingga bisa memuat sekitar 10 orang lagi. Yuk mampir!
(fit/odi)