Sering dianggap sepele, makanan yang sudah berjamur ternyata tidak semuanya masih bisa dimakan. Beberapa makanan harus dibuang setelah berjamur.
Sering kali makanan di kulkas telah ditumbuhi bercak jamur berwarna putih, biru, atau kelabu. Lantas, muncul pertanyaan apakah bagian yang tidak berjamur masih aman dikonsumsi, atau sebaiknya langsung dibuang?
Meski tidak ada pedoman resmi soal ini, para ahli memperingatkan bahwa mengonsumsi makanan berjamur dapat berdampak lebih dari sekadar sakit perut.
Menurut ahli toksikologi, Dr. Brad Reisfeld, jamur pada makanan dapat menghasilkan racun yang berpotensi memicu keracunan makanan, kerusakan organ, hingga kanker hati.
"Memotong bagian (makanan) yang berjamur tidak selalu melindungi Anda," ujarnya.Dilansir dari DailyMailUK (03/11/2025), berikut empat jenis makanan yang sebaiknya tidak dikonsumsi lagi setelah berjamur.
1. Daging
Daging adalah salah satu makanan yang paling berisiko jika sudah melewati batas kesegarannya. Menurut ahli toksikologi Dr. Brad Reisfeld, daging yang membusuk tidak selalu menunjukkan bau atau perubahan warna yang jelas, meskipun sudah terkontaminasi bakteri berbahaya.
Beberapa bakteri patogen seperti E. coli, Salmonella, dan Campylobacter jejuni dapat berkembang pada daging busuk dan menghasilkan racun yang memicu gangguan pencernaan, kerusakan ginjal, hingga kelumpuhan sementara. Bahkan bakteri Clostridium botulinum bisa menghasilkan racun botulinum yang mematikan.
Tanda daging rusak seperti tekstur berlendir atau perubahan warna menjadi cokelat kehijauan perlu diwaspadai. Jika daging sudah tampak mencurigakan atau terlalu lama disimpan, lebih baik dibuang daripada berisiko merusak organ tubuh atau menyebabkan penyakit serius.
2. Buah-buahan
Buah-buahan yang tampak sedikit memar atau terlalu matang bisa menjadi tempat berkembangnya jamur berbahaya. Menurut profesor toksikologi Dr. Brad Reisfeld, jamur ini akan tampak sebagai bintik-bintik hijau, kuning, hitam, atau putih, dan sering kali disertai bau apek.
Jamur tersebut menghasilkan mikotoksin, senyawa beracun yang dapat menyebabkan keracunan (mycotoxicosis), dengan gejala mulai dari mirip flu hingga kerusakan organ dan kanker. Salah satu jamur yang sering ditemukan pada apel, pir, ceri, dan persik adalah Penicillium expansum, penghasil toksin patulin.
Toksin ini dapat merusak DNA, protein, dan lemak dalam tubuh, bahkan menyebabkan kerusakan ginjal, hati, dan sistem imun. Meski menggoda untuk memotong bagian berjamur, Dr. Reisfeld mengingatkan jamur bisa menyebar hingga ke bagian yang tampak masih segar.
3. Roti dan Biji-bijian
Roti dan biji-bijian yang berjamur sebaiknya tidak dikonsumsi karena berisiko menyebabkan kerusakan hati hingga kanker. Menurut Profesor Brad Reisfeld, ada dua jenis jamur umum, yaitu Aspergillus flavus dan A. parasiticus yang dapat menghasilkan aflatoksin, sejenis mikotoksin yang dapat memicu mutasi DNA.
Paparan berulang terhadap aflatoksin berhubungan dengan kanker hati, terutama pada individu dengan faktor risiko seperti hepatitis B. Jamur Fusarium yang tumbuh pada gandum, jelai, dan jagung juga mampu menghasilkan racun yang merusak sel serta menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan.
Roti sangat rentan terkena jamur karena strukturnya berongga, sehingga jamur dapat menyebar ke bagian yang tidak terlihat.
"Jika biji-bijian atau kacang terlihat berjamur, berubah warna, atau berbau aneh, sebaiknya dibuang," tegas Prof Reisfeld.
Simak Video "Mengulik Khasiat Alpukat untuk Kesehatan Kulit"
(sob/adr)