Kanker merupakan penyakit mematikan yang dapat dicegah lewat pola makan tepat. Batasi konsumsi makanan yang memicu pertumbuhan sel kanker. Waspada karena makanan ini masih banyak dikonsumsi.
Kanker disebabkan oleh faktor keturunan (genetik) dan faktor eksternal, seperti gaya hidup. Mengutip Healthline (27/6/2025), penelitian bahkan menunjukkan 80 hingga 90 persen tumor ganas terkait dengan faktor eksternal.
Salah satu faktor gaya hidup terpenting yang perlu dipertimbangkan adalah pola makan. Banyak penelitian menunjukkan konsumsi beberapa makanan ini terlalu banyak dikaitkan dengan risiko lebih tinggi terhadap jenis kanker tertentu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut 5 makanan yang paling disukai sel kanker dan memicu pertumbuhannya:
1. Daging olahan
Daging olahan adalah jenis daging yang sudah diawetkan dengan cara diasap, diasinkan, atau dikalengkan. Kebanyakan berasal dari daging merah, seperti sosis, salami, ham, dan daging kornet.
Konsumsi daging olahan perlu dibatasi karena jika terlalu banyak bakal meningkatkan risiko kanker. Menurut sebuah penelitian tahun 2019, daging olahan merupakan faktor risiko utama kanker kolorektal. Penelitian lain pada tahun yang sama juga menemukan bahwa daging olahan dikaitkan dengan kanker perut.
Tak hanya itu, para peneliti mengungkap lewat studi tahun 2018, bahwa konsumsi daging olahan yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara.
2. Gorengan
![]() |
Makanan lain yang disukai sel kanker adalah gorengan atau makanan yang digoreng. Ketika bahan makanan berpati diproses dalam suhu tinggi, bakal menghasilkan senyawa akrilamida. Contohnya kentang goreng dan keripik kentang.
Penelitian tahun 2018 mengungkap, akrilamida ditemukan bersifat karsinogenik dalam penelitian yang dilakukan pada tikus. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) juga menganggap gorengan bersifat mungkin karsinogenik bagi manusia.
Mengonsumsi banyak makanan yang digoreng juga meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dan obesitas. Kondisi ini dapat meningkatkan stres oksidatif dan peradangan, yang selanjutnya memicu kanker.
3. Makanan yang terlalu lama dimasak
Makanan yang terlalu lama dimasak alias overcooked food, terutama daging, dapat menghasilkan karsinogen. Menurut sebuah artikel tahun 2020, memasak daging dengan suhu tinggi menghasilkan PAH dan heterocyclic amines (HCAs) yang bersifat karsinogenik. Zat-zat ini dapat meningkatkan risiko kanker lewat cara mengubah DNA sel-sel.
Karenanya, hindari mengonsumsi terlalu sering makanan yang dipanggang (grilling), dibakar di atas bara api (BBQ), atau digoreng di wajan. Sebagai solusi, kurangi risiko karsinogen.
Kamu bisa menghindari proses masak dengan suhu tinggi. Cobalah menggunakan metode memasak yang lebih sehat, seperti merebus dan memasak dengan api kecil (slow cooker).
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
4. Produk olahan susu
![]() |
Beberapa bukti penelitian menunjukkan konsumsi produk olahan susu dapat meningkatkan risiko kanker prostat. Di antaranya susu, keju, dan yogurt.
Penelitian tahun 2020 mengungkap, mengonsumsi produk susu meningkatkan kadar faktor pertumbuhan mirip insulin 1 (IGF-1). Hal ini dikaitkan dengan risiko kanker prostat yang lebih tinggi. IGF-1 dapat meningkatkan proliferasi atau produksi sel-sel kanker prostat. Namun, bukti untuk hal ini cenderung tidak konsisten.
5. Makanan manis dan karbohidrat olahan
Makanan manis dan karbohidrat olahan secara tidak langsung dapat meningkatkan risiko kanker. Beberapa contoh makanan ini adalah minuman kemasan, pasta putih, roti tawar, nasi putih, dan sereal manis.
Mengonsumsi makanan manis dan bertepung dalam konsentrasi tinggi dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2 dan obesitas. Menurut sebuah studi tahun 2020, kedua kondisi tersebut memicu peradangan dan stres oksidatif. Hal ini dapat meningkatkan risiko terkena jenis kanker tertentu.
Menurut sebuah tinjauan tahun 2019, diabetes tipe 2 meningkatkan risiko kanker ovarium, payudara, dan endometrium (rahim). Konsumsi gula dan karbohidrat olahan yang tinggi juga dapat menyebabkan kadar glukosa darah tinggi, yang pada akhirnya menjadi faktor risiko kanker kolorektal.
(adr/adr)