5 Mitos Diet Intermittent Fasting Ini Sudah Dibantah Ahli Gizi

5 Mitos Diet Intermittent Fasting Ini Sudah Dibantah Ahli Gizi

Andi Annisa Dwi R - detikFood
Rabu, 17 Jul 2024 05:00 WIB
5 Pola Diet Ini Akan Tetap Populer danΒ Digemari di 2024
Foto: Ilustrasi iStock
Jakarta -

Diet intermittent fasting (IF) kini dijalani banyak orang. Tak semua hal perlu dipercaya, termasuk mitos soal diet IF yang sudah dibantah oleh ahli gizi. Berikut daftarnya.

Intermittent fasting merupakan salah satu metode diet yang kian populer belakangan ini. Banyak orang memilihnya karena dari sisi 'aturan', diet ini dinilai lebih fleksibel.

Pola diet ini tidak membatasi ketat jenis asupan makanan, tetapi waktu untuk mengonsumsinya. Pelaku diet akan menjalani puasa dalam rentang waktu tertentu dan diperbolehkan makan pada jam-jam tertentu yang disebut sebagai jendela makan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Banyak anggapan lantas bermunculan soal diet IF, termasuk efek negatif yang disebut-sebut bisa terjadi. Namun, ahli gizi meluruskan dengan mengungkap faktanya.

Mengutip Healthline (16/7/2024), berikut mitos diet intermittent fasting yang sudah dibantah kebenarannya oleh ahli gizi:

ADVERTISEMENT

1. Diet IF memengaruhi hormon seks

Kabar bahwa diet IF memengaruhi hormon seks tidaklah benar. Penelitian tahun 2024 terhadap 90 orang dewasa yang alami obesitas menunjukkan kalau hormon seks mereka tidak memburuk usai jalani diet IF.

Bahkan efeknya sebaliknya pada penderita sindrom ovarium polikistik (PCOS). Mereka yang jalani diet IF mengalami penurunan testosteron yang pada akhirnya memperbaiki kondisi PCOS.

"Temuan awal tentang penerapan diet IF sebagai strategi bagi wanita dengan PCOS untuk mengatur hiperandrogenisme cukup menjanjikan," kata ahli gizi Allie Echeverria. Ia menjelaskan androgen sebenarnya memang hormon seks pria, tapi wanita secara alami juga memilikinya. "Namun wanita dengan hiperandrogenisme memiliki kadar yang berlebihan," ujarnya.

2. Diet IF memengaruhi kualitas pola makan

Berbahaya! Pola Diet 'Starvemaxxing' Tanpa Makan Berhari-hariFoto: Site News/TikTok

Beberapa orang menganggap diet IF bisa membuat kualitas pola makan seseorang memburuk. Namun, faktanya tidak seperti itu. Sebuah penelitian tahun ini mencatat indikator kualitas diet pelaku diet IF tidak berubah pada mereka yang mengikuti jendela makan yang lebih pendek (4 hingga 6 jam) dan yang lebih panjang (8 hingga 10 jam).

Mereka masih mengonsumsi berbagai sumber nutrisi seperti serat, protein, kafein, gula, karbohidrat, lemak, dan banyak lainnya. Ahli gizi Destini Moody mengatakan, "Jika orang tersebut memiliki pola makan yang buruk sebelumnya, maka diet IF tidak mungkin memperburuk pola makan mereka. Pola makan ini hanya mengubah periode waktu saat mereka mengonsumsi makanan yang miskin nutrisi," katanya.

Lalu untuk mereka yang sudah punya pola makan bergizi, maka diet IF tidak membuat pola makan mereka buruk. Hanya saja peneliti menekankan, mereka yang jalani diet IF dengan pola makan buruk, maka hasilnya tidak akan maksimal.

3. Diet IF picu gangguan makan

Jangan salah mengartikan, membatasi jam makan pada diet IF tidak berarti memicu gangguan makan. Hal ini sudah dibuktikan dalam penelitian tahun 2019 yang mengikuti 86 orang selama 4 minggu.

Peneliti bilang orang dewasa sehat yang diet IF cenderung melaporkan lebih sedikit keinginan makan, perilaku makan berlebihan, masalah berat badan, dan kecemasan tentang penampilan. Artinya diet ini tidak menyebabkan gangguan makan, menurut ahli gizi Emily Van Eck.

Menyoal gangguan makan, Van Eck bilang banyak orang yang mengalami gangguan makan mampu bertahan dengan beberapa pola makan dalam jangka pendek, sebelum gangguan makan mereka berkembang.

Mitos soal diet IF yang tak perlu dipercaya lagi ada di halaman selanjutnya.


Hide Ads