Belakangan ini banyak tersedia dessert atau makanan penutup rendah gula, sebagai pilihan 'lebih baik' daripada dessert biasa. Namun, apakah benar lebih baik? Ini penjelasan ahli.
Sebagian orang sangat suka menikmati makanan penutup yang manis, seperti kue, cokelat, es krim, milkshake, dan masih banyak lagi. Dessert ini memang seringkali menggugah selera karena tampilan yang menarik dan rasa manisnya bisa membuat suasana hati lebih bahagia.
Sayangnya, dessert tidak boleh dikonsumsi terlalu sering. Hidangan tersebut biasa dibuat dengan gula tambahan dalam jumlah banyak. Jika asupan gula pada tubuh berlebih, hal ini bisa menyebabkan banyak risiko penyakit bahaya. Mulai dari tekanan darah tinggi, peradangan, hingga diabetes. American Heart Association mengatakan, tambahan gula tidak boleh lebih dari 6% kalori harian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dampak buruk konsumsi gula ini membuat banyak orang akhirnya beralih ke makanan penutup yang lebih rendah gula, bahkan bebas gula. Saat ini pun banyak produk makanan penutup bebas gula yang bisa ditemui dengan mudah, mulai dari es krim hingga cookies.
Meskipun makanan penutup itu terbebas dari gula, apakah tetap menjadi pilihan lebih baik? Para ahli pun memberikan penjelasan terkait hal ini, seperti yang dirangkum dari healthdigest.com (27/08).
1. Tidak menjamin penurunan berat badan
![]() |
Dessert bebas gula dikonsumsi oleh pelaku diet dengan anggapan bisa memberi asupan gula lebih sedikit. Meskipun faktanya memang bebas gula, tetapi dessert ini belum tentu bebas kalori.
Menurut Food Network, beberapa produk memiliki lemak yang sama banyaknya dengan makanan manis lain. Sebab, sejumlah dessert bebas gula masih mengandung pemanis non-nutrisi yang diproses secara kimia.
Pemanis buatan yang terkandung di dalamnya juga diproses secara berbeda dari gula. Tubuh mengira mendapat gula, padahal tidak mendapat asupan energi dari gula. Ini bisa menurunkan gula darah dan menyebabkan seseorang makan lebih banyak. Berarti akan lebih banyak kalori yang masuk dan menyebabkan penambahan berat badan, lapor New York Presbyterian Health.
WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), juga telah memperingati untuk tidak menggunakan pemanis non-nutrisi pada makanan. Sebab, tidak banyak membantu menurunkan berat badan. Faktanya, justru meningkatkan risiko diabetes tipe-2, penyakit kardiovaskular, dan kematian.
WHO menyarankan, lebih baik seseorang mengurangi gula dalam pola makan, daripada tetap makan dessert yang diklaim bebas gula.
Cara mengurangi keinginan makan manis bisa dilihat pada halaman selanjutnya!
2. Cara mengurangi keinginan makan manis
![]() |
Bagi mereka yang suka manis, mungkin sulit mengurangi nafsu makan. Cleveland Clinic menawarkan beberapa cara untuk mengurangi keinginan rasa manis. Cara ini pun lebih baik daripada mengandalkan makanan penutup bebas gula.
Bisa dimulai dari mengurangi gula pada minuman sehari-hari, seperti teh dan kopi. Jika biasanya menambah dua sendok teh gula, dikurangi secara bertahap setiap minggunya. Gantilah minuman manis dengan lebih banyak minum air putih. Jika suka minum jus, sebaiknya jus diolah tanpa tambahan gula.
New York Presbyterian Health juga menyarankan untuk emngatur asupan gula dengan menambah buah dalam makanan penutup. Misalnya, kamu membuat puding atau yogurt. Daripada ditambah topping sirup gula, lebih baik diberi topping buah-buahan.
Saus salad juga sebaiknya dibuat sendiri di rumah dengan bahan lebih sehat, Bisa menggunakan minyak zaitun, jus lemon, dan rempah-rempahan. Pelengkap topping pancake atau roti juga lebih baik diganti ke sirup maple daripada selai cokelat.
Jika membeli produk di supermarket, jangan lupa membaca label makanan dengan teliti. Memastikan kandungan gula dan kalori pada makanan tersebut. Sekaligus memperhatikan berapa banyak gula yang sudah dikonsumsi dalam satu hari.
Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, dalam sehari setiap orang dianjurkan mengonsumsi gula 10% dari total energi harian (200 kkal). 10% setara dengan 4 sendok makan gula atau 50 gram.
Oleh karena itu, jika asupan gula dalam sehari sudah mencapai batas, sebaiknya menghindari konsumsi makanan manis lain.
3. Dessert rendah gula tak berarti lebih sehat
![]() |
Dessert rendah gula mungkin terdengar lebih aman dikonsumsi. Namun, perlu diperhatikan juga bahan-bahan pembuatannya. Pasalnya, tidak semua dessert rendah gula benar-benar terhindar dari pemanis apapun. Bisa jadi hidangan tersebut tetap mengandung pemanis yang diproses secara kimia. Jika seperti ini, dessert rendah gula tidak lebih baik daripada dessert biasa.
Klaim 'bebas gula; bukan berarti bebas lemak, karbohidrat, dan kalori. Sekalipun makanan penutup itu tidak ditambah pemanis apapun, bahan campuran lain mungkin menyumbang nutrisi berbeda. Cokelat rendah gula misalnya, mereka tinggi kandungan lemak karena bahan bubuk cocoa butter. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu mengecek label.
Kalau memang ingin mengonsumsi makanan manis rendah gula, sebaiknya membuat sendiri di rumah. Karenanya kamu bisa memastikan bahan-bahan yang dipakai aman dan lebih sehat. Pemanis pun bisa diubah ke bahan alami lainnya, seperti madu, sirup maple alami, hingga buah-buahan.