Bukan rahasia umum kalau mi instan adalah salah satu makanan yang disukai hampir seluruh orang dari berbagai penjuru dunia. Hal ini terjadi karena mi instan mudah untuk dibuat dan mampu membuat kenyang dengan cepat.
Namun akhir-akhir ini masyarakat menjadi khawatir untuk mengonsumsi mi instan. Itu terjadi karena beberapa waktu lalu ada penarikan mi instan dari Indonesia di luar negeri. Penarikan tersebut terjadi lantaran adanya kandungan zat atau bahan kimia berbahaya yang disebut sebagai pemicu kanker. Hal tersebut membuat masyarakat jadi makin meragukan kelayakan mi instan untuk dikonsumsi.
Kendati demikian, nyatanya hingga saat ini mi instan masih aman dikonsumsi. Asalkan tetap memenuhi standar keamanan dan kesehatan yang sudah ditetapkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia sendiri, Kementerian Kesehatan telah menetapkan persyaratan dan keamanan mutu dan gizi produk pangan olahan yang mengacu pada persyaratan Internasional CAC dan kajian risiko. Selain itu, penggunaan bahan tambahan pangan juga diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan.
Agar konsumsi mi instan tidak mengancam kesehatan, melansir dari berbagai sumber berikut adalah 5 hal yang harus kamu perhatikan dari sebuah produk mi instan yang hendak dikonsumsi.
1. Bebas Bahan Kimia Berbahaya (STTP, CMC, Kie,Kalsium Propinat, Formalin, Boraks, dan Etilen Oksida)
Dalam pembuatan mi ternyata tidak hanya menggunakan bahan seperti tepung terigu dan telur saja. Tetapi agar membuat tekstur mie kenyal dan awet biasanya akan ditambahkan beberapa zat aditif lain seperti Sodium Tri Poly Phospat (STTP), Carboxymethyl Cellulose (CMC), Kie, Kalsium Propina, Formalin dan juga Boraks.
Selain itu, bahan kimia berbahaya lainnya seperti etilen oksida juga kerap ada pada mi instan. Kandungan itu merupakan agen sterilisasi dan pestisida yang kerap digunakan pada bahan atau alat-alat yang tidak tahan dengan proses pemanasan.
Etilen oksida juga dikaitkan sebagai zat karsinogenik yang dapat memicu penyakit kanker. Bahan kimia berbahaya ini menjadi penyebab ditariknya mi instan Indonesia di luar negeri beberapa waktu lalu.
Untuk memastikan mi instan yang dikonsumsi terbebas dari bahan kimia berbahaya, salah satunya adalah bisa dilihat dari air rebusan mi saat dimasak. Jika air rebusan mi terlihat lebih jernih, maka mi tidak mengandung bahan kimia berbahaya.
2. Tidak Tinggi Kadar Natrium
Umumnya mi instan bisa mengandung kadar natrium 1.300 mg. Sedangkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) natrium untuk laki-laki dan perempuan dewasa hanya 1.500 mg sehari. Hal ini berarti, jika mengonsumsi mi instan, maka kecukupan natrium dalam sehari sudah terpenuhi lebih dari setengahnya. Sedangkan kandungan natrium juga bisa didapatkan dari makanan lain yang dikonsumsi dalam sehari.
Karena itu, untuk memastikan mi instan yang dikonsumsi sehat atau tidak, maka bisa dilihat terlebih dahulu dari kandungan kadar natrium yang ada di kemasan dan jangan mengonsumsi mi instan secara berlebihan dalam sehari.
3. MSG yang Tidak Berlebihan
Monosodium Glutamat (MSG) adalah penyedap rasa yang tidak baik dikonsumsi secara berlebihan. Sebab jika dikonsumsi berlebihan bisa memicu datangnya penyakit kanker.
Pada mi instan, kehadiran MSG ada agar rasa yang disajikan menjadi lebih nikmat. Namun, jika dikonsumsi secara berlebihan, hal ini jelas berpotensi mendatangkan kanker. Agar kesehatan aman, maka pastikan pilih mi instan yang bebas dari MSG atau rendah MSG.
4. Pengemasan yang Tidak Berbahaya
Jarang ada yang mengetahui kalau zat pembungkus mi instan juga berbahaya jika larut dalam mi. Hal ini sama berbahayanya dengan mengonsumsi kandungan natrium atau MSG yang berlebihan. Apalagi mi instan kerap dibungkus dengan bahan plastik dan bahan seperti sterofoam.
Plastik pembungkus mi instan diketahui memiliki kandungan zat kimia berbahaya seperti ftalat atau phtahlate. Hal ini disinyalir bisa menjadi penyebab kanker. Sama halnya dengan mi instan yang dibungkus streofoam. Hal tersebut berbahaya karena streofoam memiliki ambang batas terhadap suhu yang jika disiram air panas akan ada sebagiannya yang meleleh.
5. Proses Produksi yang Lebih Aman
Salah satu cara mengetahui mi instan aman dikonsumsi adalah dari proses produksinya. Selama ini, mi instan diproses melalui proses penggorengan pada suhu 140-150 derajat celcius selama 60 sampai 120 detik. Namun proses ini membuat mi instan kaya akan lemak jenuh sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi secara berlebihan.
Dosen Dept. Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB University, Dr.Ing. Azis Boing Sitanggang, STP, MSc menjelaskan setelah melalui proses pengukusan, kadar air di dalam mi harus dikurangi. Salah satu caranya melalui proses penggorengan.
"Menurunkan kadar air suatu produk pangan olahan bisa menambah keawetan suatu produk. Penggorengan ini salah satu teknologinya," kata Azis saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.
Ia menjelaskan proses penggorengan ini biasa dilakukan pada suhu 140-160 derajat celcius selama 60-120 detik. Karena suhu yang panas, air akan menguap dan digantikan oleh minyak sehingga mi menjadi kering yang dikenal sebagai mi instan di pasaran. Jika tidak melewati proses ini, adonan mi tentu hanya akan menjadi mi basah yang harus segera dikonsumsi.
Azis memaparkan proses penggorengan dalam produksi mi tentu menggunakan minyak goreng. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh banyak orang. Sebab ada dua implikasi dari penggunaan minyak goreng yang bisa berbahaya bagi kesehatan.
"Pertama, apakah terjadi kerusakan minyak selama penggorengan? Kedua, ketika kerusakan itu terjadi apakah penggantian minyak gorengnya secara reguler setelah beberapa kali pemakaian dilakukan atau tidak?" ungkap Azis.
"Harus perhatikan 2 hal ini, karena penggorengan menggunakan suhu 140-160 derajat celcius jadi kemungkinan besar akan terjadi kerusakan minyak. Minyak yang rusak itu bisa ikut terbawa ke bahan yang digoreng, apabila implikasi yang kedua kita tidak sering mengganti minyak gorengnya. Inilah kelemahan dari produk hasil penggorengan," terangnya.
Ia menyebut minyak yang mengalami kerusakan ini bisa menimbulkan oksidasi atau hidrolisis yang menghasilkan asam lemak bebas. Hal ini bisa menghasilkan senyawa keton dan hidrokarbon yang dapat bersifat toksik bagi tubuh. Kendati demikian ia mengingatkan perlunya penelitian lebih lanjut terkait hal ini, meski di luar negeri sudah banyak artikel ilmiah yang membahas dampak soal proses penggorengan terhadap kesehatan.
Selain itu, Azis memaparkan ada bukti kuat bahwa peluang terbentuknya penyakit kronis seperti gagal jantung, diabetes, dan hipertensi pada seseorang semakin tinggi saat mengkonsumsi produk yang digoreng dengan frekuensi yang jauh lebih tinggi. Misalnya, lebih dari 4 kali dalam seminggu.
Sebagai opsi lain, maka bisa memilih mi instan dengan proses produksi yang lebih aman. Mi instan yang dioven salah satunya.
Teknik oven ini disebut bisa menjadi salah satu alternatif untuk masyarakat yang khawatir dengan dampak proses penggorengan bagi kesehatan. Sebab hal ini bisa menurunkan risiko bahaya.
Adapun hasil mi dari proses penggorengan dan proses oven menurutnya bisa dibedakan, karena mie yang digoreng warnanya lebih cerah dibandingkan dengan mi yang dioven. Teksturnya pun berbeda, sebab mi yang digoreng akan lebih mengembang dibandingkan mi yang dikeringkan lewat proses oven.
Perbedaan proses ini juga akan berpengaruh pada kandungan lemak, dimana pada produk akhir mi instan yang digoreng akan beda dan lebih rendah lemak.
"Karena kandungan lemaknya turun, di sisi lain proses penggorengannya juga tidak ada, jadi turunan-turunan proses degradasi minyak yang berdampak negatif ketika kita konsumsi dengan frekuensi lebih tinggi menjadi hilang," ujarnya.
Selain itu, mi yang diproses oven juga akan membuat air rebusan mi saat dimasak lebih jernih dan tidak keruh. Hal ini terjadi karena mi yang diproses oven tidak mengeluarkan sebagian lemak atau pati seperti mi yang diproses dengan proses penggorengan.
Berdasarkan penjelasan di atas, bisa disimpulkan mi instan yang diproses dengan cara di oven bisa menjadi solusi makan mie instan yang lebih sehat dan aman dikonsumsi. Jadi tunggu apalagi? Pilih mie instan yang bukan cuma enak, tapi harus yang sehat dan aman ya!
Simak Video "Mi Instan Kuah Bumbu Kacang, Kuliner Legendaris di Bali"
[Gambas:Video 20detik]
(prf/ega)