Klaim Makan Daging Bikin Panjang Umur Dianggap Menyesatkan, Ini Kata Ahli

Klaim Makan Daging Bikin Panjang Umur Dianggap Menyesatkan, Ini Kata Ahli

Devi Setya - detikFood
Rabu, 09 Mar 2022 08:00 WIB
Makan Daging Bikin Panjang Umur Dianggap Menyesatkan
Foto: Getty Images/iStockphoto/mikeorlov
Jakarta -

Sebuah penelitian terbaru mengungkap bahwa orang yang lebih sering makan daging memiliki umur lebih panjang. Ternyata hasil penelitian ini dianggap keliru dan menyesatkan.

Banyak penelitian yang dilakukan dengan tujuan baik, tetapi ternyata ada penelitian yang dianggap menyesatkan karena dilakukan dengan metode yang tidak jelas. Seperti penelitian soal orang-orang yang sering makan daging dianggap memiliki potensi panjang umur.

Dilansir dari Plant Based News (8/3) sebuah penelitian di Australia mengungkap bahwa makan daging memiliki korelasi dengan harapan hidup yang lebih lama. Penelitian ini membandingkan harapan hidup dengan konsumsi daging menggunakan data populasi 175 negara dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makan Daging Bikin Panjang Umur Dianggap MenyesatkanMakan Daging Bikin Panjang Umur Dianggap Menyesatkan Foto: Getty Images/iStockphoto/mikeorlov

Para peneliti mengungkapkan bahwa negara-negara dengan asupan daging yang lebih besar juga memiliki harapan hidup yang lebih besar dan memutuskan keduanya saling berkaitan. Data terbaru FAO mencantumkan lima konsumen daging teratas yakni Hong Kong, Amerika Serikat, Australia, Argentina dan Spanyol. Sementara lima negara terbawah adalah Ethiopia, India, Bangladesh, Republik Demokratik Kongo, dan Burundi.

Sayangnya banyak yang tidak setuju dengan hasil penelitian ini karena dianggap tidak dilakukan secara objektif. Para peneliti tidak membahas beberapa hal terkait tingkat pendidikan, pendapatan, kesehatan masyarakat, dan akses ke air bersih. Mereka hanya melihat besarnya konsumsi daging.

ADVERTISEMENT

Para peneliti membandingkan beberapa hal seperti kalori yang dikonsumsi, kekayaan, urbanisasi, obesitas, dan pendidikan. Dalam penelitian ini juga diakui masih memiliki banyak kekurangan. "Variasi gizi antar negara mencakup lebih banyak variabel daripada yang dimasukkan ke dalam penelitian ini."

Banyak orang tidak setuju dengan hasil penelitian ini karena para peneliti tidak membandingkan kualitas makanan yang dimakan masyarakat di berbagai negara. Oleh karenanya penelitian ini dianggap menyesatkan karena lebih mengungkap opini dibandingkan fakta.

"Sebuah saran diet baru-baru ini yang diterbitkan oleh Lancet Public Health menganjurkan peningkatan diet daging untuk memberi manfaat bagi kesehatan jantung dan umur panjang kita," ujar salah satu peneliti.

Padahal sebenarnya dalam penelitian yang disebut tersebut menganjurkan untuk mengonsumsi diet seimbang yang mencakup buah, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, kacang-kacangan, ikan, susu, dan daging yang tidak diproses, semuanya dalam jumlah sedang.

Komisi Lancet EAT mengatakan, diet yang kaya akan makanan nabati dan dengan lebih sedikit makanan sumber hewani memberikan manfaat kesehatan dan lingkungan yang lebih baik.

Grilled sliced beef steak on cutting board over stone tableIlustrasi olahan daging Foto: Getty Images/iStockphoto/karandaev


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan daging olahan adalah karsinogen Grup 1 dan menyebabkan kanker. Panduan Eatwell dari pemerintah Inggris juga mendorong orang untuk mempertimbangkan sumber protein alternatif selain daging.

Kebanyakan penelitian bahkan menyarankan untuk mengurangi konsumsi daging, terutama untuk jenis daging olahan seperti sosis, bacon dan ham.

Awal bulan ini, sebuah penelitian berdasarkan meta-analisis dan data dari studi Global Burden of Disease yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Medicine menunjukkan bukti jelas terkait konsumsi daging. Dalam penelitian ini diungkap bahwa mengurangi daging, susu, dan makanan manis dan lebih banyak makan kacang-kacangan, biji-bijian, buah, sayuran, dan kacang-kacangan dapat membuat panjang umur lebih dari 10 tahun.




(dvs/odi)

Hide Ads