Gorengan identik sebagai makanan yang kurang sehat. Namun, menurut Dr. Reisa Broto Asmoro, gorengan juga bisa dibuat lebih sehat dengan memperhatikan beberapa faktor.
Orang Indonesia pasti tak bisa lepas dengan makanan gorengan. Makanan ini dapat dinikmati kapan saja, tidak hanya sebagai camilan tetapi sebagai menu sarapan dan lauk kebanyakan orang.
Apalagi gorengan memiliki banyak varian, baik yang bercita rasa gurih hingga manis. Seperti bakwan, tahu, tempe, risol, cireng, tahu isi, oncom, pisang goreng, ubi, singkong dan lainnya.
Baca Juga: Baca Juga: Ngemil Gorengan Bervitamin, Apa Sih yang Nggak Bisa?
Kelezatan gorengan juga diakui oleh Dr. Reisa Broto Asmoro. Dr. Reisa Broto Asmoro merupakan dokter sekaligus model. Ia juga dikenal sebagai juru bicara
Sayangnya gorengan seringkali dicap sebagai makanan yang kurang sehat karena kandungan minyak di dalamnya.
"Jadi olahan makanan dengan teknik digoreng tentunya jadi favorit semua orang. Tapi akhirnya banyak yang khawatir dengan efek gorengan yang gak baik," ujar Dr Reisa dalam Webinar Sasa bertajuk Gorengan Sehat (01/07).
Namun, jangan khawatir. Dr. Reisa Broto Asmoro mengatakan bahwa gorengan bisa dibuat lebih sehat. Menurutnya, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan saat membuat gorengan agar lebih sehat.
"Tentunya kita makan yang sehat dan makanan yang sehat berhubungan dengan banyak faktor, pada bahan makanan, proses memasak, lama memasak, suhu memasak dan alat memasak," ujar Dr. Reisa.
Berikut Tips Membuat Gorengan Sehat:
1. Perhatian Kandungan Gizi
Lebih lanjut, Dr. Reisa juga mengatakan bahwa kandungan gizi juga harus diperhatikan. Ia menyebutkan yang setiap kali harus ada adalah kecukupan dari karbohidrat, protein, lemak dan mineralnya.
Dalam hal ini, Dr. Reisa menyarankan untuk membuat gorengan jadi lebih sehat bisa menggunakan tepung yang sudah terfortifikasi seperti produk yang dikeluarkan oleh Sasa.
"Terfortifikasi itu adalah teknik menambahkan nutrisi yang hilang atau yang tidak terkandung dalam makanan. Teknik ini tuh udah lama dari tahun 1930-an udah ada dan menjadi solusi sehat," ujar Dr. Reisa.
(raf/odi)