Pola makan umumnya yang banyak dilakukan orang adalah tiga kali sehari. Namun, ada yang menyebut kalau pola makan tiga kali sehari tidaklah penting.
Pola makan tiga kali sehari adalah waktu makan yang dilakukan di tiga waktu, mulai dari sarapan di pagi hari, makan siang dan makan malam. Ternyata pola makan tersebut sudah ada sejak pertengahan abad.
Caroline Yeldham seorang sejarawan makanan menyebut kalau awalnya orang-orang di Roma makan sekali dalam sehari. Mereka percaya bahwa makan sekali lebih sehat dibandingkan makan berkali-kali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca Juga : Foto Makanan di Media Sosial Pengaruhi Pola Makan? Begini Faktanya
![]() |
Namun, kebiasaan pola makan tersebut berubah tepatnya pada abad ke-17. Saat itu banyak orang yang pergi untuk bekerja, sehingga mereka harus makan pagi sebelum pergi kerja.
Pola makan kemudian berubah dan mendorong orang-orang untuk makan siang. Bahkan budaya makan siang dinilai sebagai hal yang berkelas di kalangan orang kaya di Inggris.
Setelah pola makan sarapan dan makan siang, kemudian muncul lagi makan malam di abad pertengahan. Makan malam ini identik dengan kebiasaan kaum bangsawan. Biasanya mereka akan makan malam dengan mewah.
![]() |
Nah, sejak itulah pola makan harian populer menjadi tiga waktu atau disebut juga 3 kali sehari, yaitu sarapan, makan siang dan malam malam. Pola makan itu populer di kalangan orang Amerika hingga mendunia.
Banyak orang yang menjadikan pola makan tiga kali sehari sebagai patokan. Bahkan ada penelitian yang menyebut kalau pola makan tersebut dapat memberikan manfaat kesehatan.
Namun, ada pula peneliti yang beranggapan bahwa pola makan tiga kali sehari tidaklah penting. Seperti yang disampaikan oleh Amy Bentley, sejarawan makanan di New York University (NYU).
Menurutnya, pola makan tiga kali sehari bukanlah sesuatu yang harus dilakukan karena ilmu gizi atau kecenderungan alami manusia, lapor The Atlantic (05/03).
![]() |
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pola makan tiga kali sehari merupakan konsekuensi dari industrialisasi yang meresmikan hari kerja dan para pekerja datang dari tempat tinggal mereka yang berjauhan.
Misalnya pada pekerja kebanyakan yang datang ke kantor pada pukul 10.00. Mengharuskan mereka sarapan sebelum pergi, dan berhenti di pukul 12.00 untuk makan siang.
Dan setelah lelah bekerja di sore hari, mereka kembali makan untuk makan malam. Amy Bentley lebih menyarankan untuk makan ketika lapar dan berhenti ketika kenyang.
"Jangan fokus pada waktu makan. Gak ada alasan untuk makan yogurt di pagi hari. Kalau gak lapar di jam makan siang ya jangan memaksakan makan," ujarnya.
Dilansir dari Mother Jones, beberapa penelitian lainnya menunjukkan tidak adanya perbedaan pada berat badan, sistem metabolisme hingga hormon pada orang-orang yang makan dua kali sehari dibanding makan 6 kali sehari.
Baca Juga : 7 Pola Makan Sehat Ini Bisa Tingkatkan Imunitas Saat Pandemi
(raf/odi)