Setiap hari jutaan foto diunggah ke media sosial, tak terkecuali foto makanan. Berbagai jenis makanan dipamerkan, mulai dari menu sehat, menu Instagramable, sampai menu unik. Hal ini bahkan sudah jadi tren yang diikuti banyak orang.
Mereka selalu menyempatkan memotret makanan sebelum menyantapnya. Tak ayal, cara pandang mereka terhadap makanan juga berubah. Dilihat dari sisi ilmiah, berbagai unggahan foto makanan di media sosial juga disebut mempengaruhi pola makan seseorang.
Benarkah hal ini? Peneliti membuktikannya lewat serangkaian studi. Informasi lengkapnya dirangkum Healthline (19/2) seperti berikut.
Baca Juga: Unggah Foto Makanan di Instagram Bisa Membuat Orang Makan Lebih Sehat
1. Norma sosial pengaruhi pilihan makanan seseorang
Foto: Istimewa
|
Penelitian terbaru di Inggris menunjukkan pengaruh norma sosial dari 'lingkaran' online seseorang mungkin mempengaruhi pola makan mereka. "Studi ini menunjukkan kita mungkin lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman di media sosial (online) ketika memilih makanan tertentu," kata penulis studi Lily Hawkins, seorang mahasiswa PhD di Universitas Aston di Birmingham, Inggris.
Hawkins menyoroti secara tidak sadar seseorang akan menilai bagaimana orang berperilaku ketika mereka membuat pilihan makanan sendiri. Hanya saja studi tidak melihat langsung pengaruh media sosial dengan pola makan.
Di sisi lain, peneliti Alix Timko lebih melihat bagaimana jenis norma sosial yang berbeda mempengaruhi konsumsi seseorang akan makanan tertentu. Terutama norma sosial di media sosial dimana ada banyak interaksi sosial terjadi.
2. Penelitian melibatkan 369 partisipan
Foto: Tia Reisha/detikcom
|
Penelitian ini melibatkan 369 mahasiswa sebagai partisipan. Mereka ditanya soal konsumsi buah, sayur, camilan padat energi, dan minuman pemanis mereka. Juga pola penggunaan Facebook dan media sosial lain, serta pola makan dan preferensi teman-teman online mereka.
Hasilnya menunjukkan bahkan di dunia online, norma sosial bisa mempengaruhi pola makan seseorang dalam 2 efek spesifik. "Ketika individu berpikir anggota kelompok lain makan lebih banyak buah dan sayur atau lebih sering, mereka melaporkan juga makan lebih banyak buah dan sayur," kata Timko.
Efek kedua berkaitan dengan apa yang kita pikir harus kita lakukan. "Ketika konsumsi minuman energi dan manis jadi pertimbangan, partisipan menilai berdasarkan prediksi konsumsi pengguna Facebook lain terhadap dua makanan itu," lanjutnya. Penelitian ini dipublikasikan online pada 6 Februari 2020 dan akan muncul pada jurnal Appetite pada Juni mendatang.
3. Manfaat hasil penelitian
Foto: Istimewa
|
Para peneliti mengungkap hasil penelitian ini bisa digunakan untuk mendorong orang-orang agar lebih banyak makan buah dan sayur. Sekaligus mengurangi konsumsi camilan padat energi dan minuman dengan pemanis.
"Implikasinya kita bisa menggunakan media sosial sebagai alat untuk 'mendorong' kebiasaan makan di antara grup teman, dan menggunakan temuan ini untuk alat intervensi kesehatan masyarakat," jelas Hawkins.
Sementara itu, Timko mengatakan media sosial bisa dimanfaatkan untuk menunjukkan berbagai sajian buah dan sayur yang cantik. Diiringi dengan informasi sehat yang pada akhirnya bisa membuat orang-orang lebih tertarik makan buah dan sayur.
4. Fungsi label sehat
Foto: Getty Images
|
Memberi label "sehat" atau "tidak sehat" pada makanan akan berdampak pada citra makanan tersebut, apakah "baik" atau buruk." Timko menjelaskan, "Hal ini melekatkan nilai moral pada makanan dan secara tidak disengaja bisa membuat orang malu jika melahap makanan yang dipersepsikan "tidak sehat" dan akan memuji mereka yang makan "sehat.""
Seperti itulah bagaimana norma sosial bekerja. Namun di sisi lain jenis pesan ini bisa meningkatkan risiko gangguan makan. Diperlukan perhatian lebih soal pesan-pesan yang disebarkan di media sosial.
Pasalnya beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara penggunaan media sosial di kalangan remaja dan perilaku makan yang tidak teratur seperti mengkhawatirkan berat badan atau bentuk tubuh mereka, melewatkan makan, makan sepuasnya, makan berlebihan, atau berolahraga berlebihan.
5. Mengunggah foto makanan membuat cara pandang terhadap makanan berubah
Foto: Getty Images
|
Sebuah survei di Inggris pada tahun 2016 mengungkapkan 1 dari 5 orang dewasa di Inggris mengunggah foto makanannya di media sosial. Paling tidak sekadar memamerkan foto tersebut ke teman.
Survei itu juga mengungkap hampir setengah warga Inggris berusaha membuat makanan buatan mereka untuk tamu lebih cantik. Tujuannya supaya saat tamu memotret lalu mengunggahnya ke media sosial, hasilnya bagus.
Perubahan cara pandang terhadap makanan juga ditanggapi positif oleh banyak restoran di sana. Mereka sengaja menyiapkan menu yang tampilannya bagus. Harapannya tentu saja agar unggahan pengunjung di media sosial soal restoran nantinya terlihat maksimal.
Baca Juga: Tren Mengunggah Foto Makanan Membuat Cara Pandang terhadap Makanan Berubah
Halaman 2 dari 6