Konsumsi Lebih dari 1 Butir Telur Sehari Tingkatkan Risiko Diabetes 60 Persen

Konsumsi Lebih dari 1 Butir Telur Sehari Tingkatkan Risiko Diabetes 60 Persen

Diah Avrilian - detikFood
Rabu, 18 Nov 2020 10:30 WIB
Diet telur rebus
Foto: Getty Images/iStockphoto/fcafotodigital
Jakarta -

Jadi menu harian andalan banyak orang, konsumsi telur ternyata patut diwaspadai. Peneliti menyebut makan lebih dari satu butir telur tiap hari bisa meningkatkan risiko diabetes sampai 60 persen.

Popularitas telur sebagai menu sarapan sudah tidak perlu diragukan. Pengolahannya yang mudah, namun tetap bergizi dan mengenyangkan membuat telur menjadi menu sarapan yang favorit banyak orang.

Namun, menurut penelitian yang baru-baru ini dilakukan, konsumsi telur ternyata memiliki efek negatif. Hal ini terjadi saat seseorang mengasup lebih dari satu butir telur per hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Food NDTV (16/11), peneliti di China Medical University dan Qatar University (1991 - 2009) melihat efek konsumsi telur dalam jumlah besar pada orang dewasa di China.

Seorang epidemiolog dan pakar kesehatan pada penelitian ini menyebut orang dewasa yang secara reguler mengonsumsi banyak telur (setara dengan lebih dari 50 gram atau satu butir sehari) akan memiliki peningkatan risiko diabetes hingga 60%. Sementara mereka yang konsumsi telurnya 38 gram per hari memiliki peningkatan risiko diabetes sekitar 25%.

ADVERTISEMENT
Diet telur rebusFoto: Getty Images/iStockphoto/fcafotodigital

Diabetes sendiri diketahui sebagai salah satu penyakit yang banyak dialami orang-orang di China. Saat ini, angka penderita diabetes di sana telah melampaui angka rata-rata global pada 8.5%. Kenaikan kasus diabetes di China bahkan mencapai 11%.

Baca Juga: Sarapan Telur dan Keju Baik untuk Penderita Diabetes, Ini Kata Ahli!

Seorang epidemiolog dan pakar kesehatan, Dr Ming Li, mengatakan bahwa meningkatnya angka diabetes di China menjadi fokus pihak terkait untuk mengubah pola makan orang-orang di sana.

"Pola makan merupakan faktor yang dapat diubah pada kontribusi penyakit diabetes tipe 2. Jadi memahami faktor pola makan yang dapat memengaruhi peningkatan penyakit adalah sesuatu yang penting," ungkap Dr Li.

Tingginya angka diabetes ini juga memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi di China. Biaya yang digunakan untuk mengatasi tingginya angka diabetes di Cina mencapai 109 miliar US Dollar.

"Dalam beberapa dekade, ditemukan bahwa orang-orang di China telah beralih dari pola makan tradisional yang banyak mengonsumsi biji-bijian dan sayuran, menjadi daging, camilan, dan makanan-makanan tinggi kalori," ungkapnya pada Science Daily (15/11).

Pada waktu yang bersamaan ditemukan juga konsumsi telur yang cenderung meningkat dengan konstan dari 1991 hingga 2009. Jumlah konsumsi telur pada masyarakat China pada periode tersebut hampir menyentuh dua kali lipat.

diabetesFoto: shutterstock

Efek konsumsi telur yang berlebihan ini dikatakan memiliki efek lebih besar pada wanita dibanding pada pria. Studi ini dilakukan dengan melibatkan 8.545 orang dewasa (dengan rata-rata usia 50 tahun) dalam Survei Nutrisi dan Kesehatan China.

Dr Li juga mengatakan bahwa hasil ini menggambarkan semakin tinggi konsumsi telur berhubungan positif dengan meningkatnya risiko diabetes pada orang dewasa di China. Namun, hubungan sebab akibat tersebut masih membutuhkan penelitian lebih lanjut lagi.

"Untuk melawan diabetes, pendekatan dalam berbagai aspek sangat dibutuhkan. Tidak hanya meliputi penelitian, tetapi juga sebuah penetapan aturan yang jelas untuk menginformasikan dan menuntun publik. Studi ini satu langkah lebih maju dalam tujuan jangka panjang," pungkas Dr Li.

Baca Juga: 15 Makanan yang Dianjurkan Untuk Penderita Diabetes

(adr/adr)

Hide Ads