Dalam diskusi media di kawasan Jakarta Selatan (16/02), ahli gizi Emilia Achmadi MS., RD menggarisbawahi perbedaan alergi susu dengan intoleransi laktosa.
"Saya perlu meluruskan keduanya berbeda. Alergi susu merujuk pada kondisi seseorang yang tidak bisa mencerna protein pada susu. Persentase di populasi sangat rendah, mungkin kurang dari 1 persen," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk kasus alergi susu, Emilia mengatakan tidak ada alternatif selain menghindari konsumsui susu dan produk olahannya. Jikapun ingin mendapat asupan protein dapat meminum susu hidrolisis atau ekstraksi soya dan almond.
Sedangkan penderita intoleransi laktosa dapat mengonsumsi fresh yogurt dan keju natural sebagai alternatif susu. "Laktosa pada kedua produk ini sudah dicerna bakteri sehingga tidak menyebabkan kembung," ujar wanita berkulit bersih ini.
Ia berujar dengan membiasakan konsumsi susu atau produk olahannya secara bertahap, bukan tidak mungkin penderita intoleransi laktosa dapat sembuh. "Tubuh hanya perlu waktu untuk beradaptasi mencerna laktase," terangnya.
Emilia mencatat kondisi alergi protein susu umumnya sudah terjadi sejak kecil, sementara intoleransi laktosa dialami ketika dewasa. "Kalau ada orang dewasa bilang alergi susu sapi tapi masih bisa makan es krim, tandanya bukan alergi tetapi intoleransi laktosa," pungkasnya.
(adr/odi)